MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN
Assalamualaikum,,,
Para generasi muda pencinta Alam Dunia sudah mulai tua, hehehe jaga baik baik jangan lupa di rawat nanti marah loo bumi nya kalo berantakan,, viss kali ini masih tentang pencinta alam,, tahap ini lebih serius lagi mengenai Manajemen Perjalanan dan Peralatan,, yo jangan lama lama kita langsung sikaaaat,,,
MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN
A. Perencanan perjalanan
Hal pertama yang
harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data- data kita
dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel
yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada
objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari
penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang
akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah
perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang
dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang
dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana
mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah
tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti
dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan
setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu
kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya
memperhatikan :
¦ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam
menghadapi medan.
¦ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
¦ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan
ditempuh secermat mungkin.
¦ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
¦ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
¦ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana,
ikat pinggang, baju, topi, jas
hujan, dll.
¦ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras
dll.
¦ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok,
makanan, korek dll.
¦ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat
pribadi, sikat, toilet paper /
tissu, dll.
¦ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
¦ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas,
Obat-obatan.
¦ Peta, busur derajat, douglass protector,
pengaris, pensil dll.
¦ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
¦ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
• Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis
jenisnya.
• Masukkan dalam kantong plastik.
• Letakkan barang barang yang ringan dan jarang
penggunananya (mis :
Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
• Barang barang yang sering digunakan dan vital
letakkan sedekat mungkin
dengan tubuh dan mudah diambil.
• Tempatkan barang barang yang lebih berat
setinggi dan sedekat mungkin dengan
badan / punggung.
• Buat Checklist barang barang tersebut
Pedoman Perjalanan Alam Terbuka
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas
harus ada persiapan dan
penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum
digunakan yaitu 4W & 1 H, yang
kepanjangannya adalah Where,
Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
• Where (Dimana), untuk
melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui
dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Natrabu-Gunung
Bunder-Bogor.
• Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau
dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari
5 orang
anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
• Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa
bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLAT.
• When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 16
Juli 2009 sampai dengan 19 Februari 2009
Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu
gambaran sebagai berikut: pada
tanggal 16-19 Juli 2009 akan
diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5
panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat
yang digunakan untuk DIKLAT
tersebut yaitu di Natrabu-Gunung
Bunder-Bogor.
•How [Bagaimana]
merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari
jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai
berikut :
• Bagaimana kondisi lokasi
• Bagaimana cuaca disana
• Bagaimana perizinannya
• Bagaimana mendapatkan air
• Bagaimana pengaturan tugas panitia
• Bagaimana acara akan berlangsung
• Bagaimana materi yang disampaikan
• dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan
anda mengembangkannya lagi)
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
timbul itulah kita dapat menyusun
rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian
:
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi
basecamp, pembagian waktu dan
sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.
Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga
ditentukan oleh perencanaan dan
perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan
perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan,
rawa, tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan,
latihan, penelitian, SAR, dll)
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari,
seminggu, sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk
membawa beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya :
obat-obatan tertentu)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita
dapat menyiapkan perlengkapan dan
perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin,
tetapi beratnya tidak melebihi
sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg), walaupun
ada yang mempunyai kemampuan
mengangkat beban sampai 30 kg.
Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis
perjalanan yang disesuaikan dengan
medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran
Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula
dikelompokkan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan
tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan
perjalananan, misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung,
pelampung, dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali, chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter, harness,
sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan
Perlengkapan ini dapat dibawa atau tergantung evaluasi
yang dilakukan (misalnya : semir, kelambu, gaiter, dll). Mengingat pentingnya
penyusunan perlengkapan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan,
sebaiknya dibuatkan check-list terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan
menurut jenisnya, lalu periksa lagi mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan
berkelompok, maka check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam
perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan
perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di
lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan
mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan tersebut.
B. Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita
biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika
telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam
carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman
karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak
dalam mempacking adalah :
1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak,
Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan
[misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika
salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah
kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack
anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian
teratas dan terdekat dengan punggung.
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri
pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan
memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang
membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon,
berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan
lainnya adalah sebagai berikut :
• Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu
tempatkan dalam satu kantung
untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh
dalam satu
kantung plastik.
• Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna)
jangan
dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier,
isikan bahan
makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
• Tempatkan barang yang sering digunakan pada
tempat yang mudah dicapai pada
saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan
pada kantong samping carrier.
• Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar
carrier, karena barang diluar
carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat
tersangkut-sangkut dan berkesan
berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking
dalam carrier.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh
anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah
1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap
individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda
dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang
yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang yang akan
dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas
selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi
ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus
anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk
membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga
tidak memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras
disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi
yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur
pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras
diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian,
baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang
pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah
kotor.
Kantung Plastik ; Selalu
siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti
misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain
sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang
didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan
item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih
pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak,
selalu bungkuspakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar
pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam
kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan
dibungkus dengan
plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena
monyet-monyet
didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk
mencari
makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo),
agar korek api
anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi
atas, gunanya agar pada saat
carrier digunakan, beban terberat berada dipundak
anda dan bukan di pinggang anda
hingga memudahkan kaki melangkah.
C. Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan
alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang
cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap
saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan
alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang
resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil
formula-1.
Tentu saja resiko tersebut
terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi
apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan
sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti
akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak
bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan
perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri”
ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut
digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari
cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan,
maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini
pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi
pet atau topi softball tidak direkomendasikan. Pada cuaca dingin malam hari
atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat
memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya
digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi
lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca
dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer
juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban
darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan
syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat
menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak
bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan
terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap
keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan
tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel
atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas
lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang
mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat
[misalnya hilang] dapat dengan mudah
diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam
bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas
lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita
berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah
yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian
bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan
membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila
berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan
di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis. Selain celana panjang,
jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah
jaket. Jaket digunakan
untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan
matahari atau hujan. Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang
panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan
(double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap
keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi
tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat
mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan
keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water
proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu
angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan
pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan menggunakan slepping bag [kantong
tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin,
licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya
sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai
mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya,
untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya
dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat
halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya
[menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan
menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan
sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya
disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak
terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung
perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier
yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini
akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi,
ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan
jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan
berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting
lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi
lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat
dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang
sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat
bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk
memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll. Jangan lupa juga
siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model
dan jenis phipless]. Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang
perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat
mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu
membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya
yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit
khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai
kelengkapan survival kits.
D. Perencanaan Perbekalan
Dalam perencanaan perjalanan,
perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian
khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering
hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan
dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi
gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan
mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak
perlu dimasak terlalu lama, irit
air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan
syarat-syarat diatas, kita
dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan
kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan
jumlah kalori yang diperlukan. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat
diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein,
lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat
dilakukan terakhir, dan apabila ada
kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan
mineral secukupnya.
Catatan :
Kandungan kalori : - hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein
Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan
(sekitar 45 kg)
1 Metabolisme basal 1100 kalori
2 Aktifitas tubuh :
- Jalan Kaki 2 mil/jam 45 kal/jam , 3 mil/jam 90 kal/jam , 4 mil/jam 160
kal/jam
- Memotong kayu/tebas 260 kal/jam
- Makan 20 kal/jam
- Duduk
(diam) 20 kal/jam
- Bongkar
pasang ransel, buat camp 50 kal/jam
-Menggigil
220 kal/jam
3 Aktifitas dinamis khusus = 6 - 8 % dari 1 dan 2
4 Total kalori yang dibutuhkan = 1 + 2 + 3
Jenis Bahan Makanan dan Macam Makanan
Sumber kalori dari hidrat arang tiap 100
gram:
- Beras giling 360 kal Nasi 178 kal
- Havermout 390 kal Kentang 90 kal
- Singkong 140 kal Macaroni 363 kal
- Maizena 343 kal Roti 248 kal
- Tape singkong 173 kal Gaplek 363 kal
- Biskuit 458 kal Sagu 353 kal
- Terigu 365 kal Ubi 123 kal
- Gula pasir 364 kal Gula aren 368 kal
- Madu 294 kal Coklat
pahit 504 kal
- Coklat manis 472 kal Coklat susu 381 kal
Sumber Protein (tiap 100 gram):
-Tempe 119 kla
-Kacang tanah
rebus dengan kulit 360 kal
-Telur ayam 162 kal
-Telur bebek 189 kal
Sumber protein dan lemak (tiap 100 gram):
-Corned 241 kal
-Daging asap 191
kal
-Dendeng 433 kal
-Sardens 338 kal
Menu makanan satu hari :
-Mie 1.5 gelas 335 kal
-Susu kental manis ½ gelas 336 kal
-Dodol ½ ons 200 kal
-Coklat 1 ons 472 kal
-Nasi 2 ons 360 kal
-Roti 1 ons 248 kal
-Biscuit 1 ons 458 kal
-Corned ½ ons 120 kal
-Dendeng 1 ons 433 kal
TOTAL 2962 kal
“Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak
diatas puncak bukit, maka jadilah saja rumput, tetapi rumput yang tumbuh
memperkuat tanggul. Bila engkau tidak bisa menjadi jalan besar, maka jadilah
saja jalan setapak, tetapi jalan setapak yang menuju ke mata air. Tidak
semuanya dapat menjadi nahkoda, tentu harus ada kelasi. Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi
dirimu sendiri.”
Perjalanan ke alam terbuka
pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki tingkat resiko dan bahaya
yang bervariasi.bahaya dan resiko tersebut dapat jauh diminimalisir dengan
berbagai persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum
mulai naik gunung antara lain:
1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi
pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana
membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam
rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam
tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat.
Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai.
Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu
harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal),
senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan
kebutuhan logistik. Berapa
banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk
pauk, dan piring serta gelas.
Bawalah wadah air yang harus selalu terisi
sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah,
perban, dan obat-obat khusus
bagi penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan
kelompok pencinta alam yang
kini telah tersebar di sekolah menengah atau
universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup
meneruskan perjalanan, jangan
ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung
memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang
mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir
dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul
saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau
psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada
pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang
tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena
Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation
seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan
menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari
sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalamanpengalaman yang menyenangkan
maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan
/kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini
selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan
positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para
pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses
mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor
penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para
pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena yang terjadi adalah
apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk
meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking bagi para
pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki
tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat
berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain
kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
• Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya
sedang fit, maka fisik pun akan
fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
• Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan,
misalnya : Stretching
/perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan
aktifitas olahraga, lakukanlah
perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih
kelenturannya]. Jogging (lari pelan
pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan
kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan
kecepatan selalu kita tambah dari waktu
sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-
up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah
porsinya
melebihi porsi sebelumnya.
• Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk
perijinan memasuki kawasan
yang akan dituju.
• Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas.
Kemampuan minimal yang perlu bagi
pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat,
survival serta EMC [emergency
medical care] praktis.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu
gunung berapi/aktif dan tidak
aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) ==
seperti perisai
2. Gunung berapi strato
3. Gunung berapi maar == Gunung berapi yang
meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya
saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian
gunung
bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya
mambutuhkan persiapan dan perlengkapan
yang matang. Menurut Club "Mountaineers", Seatle
Washington, dasar pembagian
tingkat pendakian ada dua cara.
1.
Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
• class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
• class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
• class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki
dan tangan dalam mendaki,
tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
• class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
• class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan
lain seperti : piton,
runner, chocks dll
• class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan
bantuan sepenuhnya berpijak
diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau
mengunakan stirupss
Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling
[Mendaki dengan cara
mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta
tangan untuk berpegangan dengan
medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 -
6 sudah dapat dikatagorikan
sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing
[Pemanjatan
dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat
hanya sebagai
pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial climbing [Pemanjatan
dengan
menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian,
misalnya dipijak
atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu /
cadas disebut
rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow
and ice climbing
.
2. Berdasar lama waktu
akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)
• grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam
beberapa jam
• grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam
setengah hari
• grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam
sehari penuh
• grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam
sehari penuh dan memerlukan
bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
• grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu
1,5-2,5 hari
• grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu
2 hari atau lebih dan
dengan banyak sekali kesulitan
3.
Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
• A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan
digunakan dapat diandalkan
untuk menjaga keselamatan pendaki
• A2 ;aman, jikapun terjadi masalah, alat masih
dapat diandalkan untuk
mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh
tidak sampai kedasar]
• A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi
tidak dapat diandalkan untuk
menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan
yang sangat teliti dan fall-faktor
yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall
faktor tinggi, maka alat-alat akan
copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
• A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat
diharapkan untuk dapat menahan beban
jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis
untuk menguatkan mental pendaki
4.
Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan pedakian dengan
dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System [YDS].
Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk
menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS
dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian
demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau
free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya
pada jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi
kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai
ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima
point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih rendah
dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan
grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13
dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14. Perkembangan
keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian
dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat
system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian
/ panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan
pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya
menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring dengan
banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka
grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang
barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14,
itupun terbatas pada jalur-jalur pendek. Secara umum grading dengan YDS dapat
dijelaskan sebagai berikut :
• 5.8 ; jalur yang ditempuh mudah,
grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh
bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
• 5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
• 5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari,
hanya saja
perlu keseimbangan [balance] yang baik
• 5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan
satu diantaranya sangat
minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir
bisa dipastikan memiliki grade
demikian.
• 5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang
dapat digunakan untuk
menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang
kecil di satu bagiannya atau paling
tidak sama
• 5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan
yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian, itupun dengan grip yang
sangat minim.
• 5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin
terpikirkan untuk dapat dibuat
jalur pendakian/pemanjatan
Makanan (logistik)
Makanan yang dibawa seharusnya
dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000
kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah)
alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang
lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan
hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki,
karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan.
Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat
juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling
praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan
karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat
berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam
ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah
perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa
sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat obatan seperti
pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam
dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau
menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah
pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas plastik
tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum
dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian,
sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah
dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain mengotori, membuang sampah
dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat
atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu
dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
Jenis-Jenis Pendakian / Perjalanan
Olah raga mendaki gunung
sebenarnya mempunyai tingkat dan kualifikasinya. Seperti
yang sering kita kenal dengan istilah mountaineering atau istilah serupa
lainnya. Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat
dibagi sebagai
berikut :
1. Hill Walking / Feel
Walking
• Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak
membutuhkan
peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu
sampai beberapa
hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Gede atau Ceremai.
2. Scarmbling
• Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang tidak
begitu
terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk keseimbangan.
Contohnya :
pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur Cibodas.
3. Climbing
• Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak
memakan waktu
lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian gunung
yang praktis.
Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan
teknik mendaki dan penguasaan
pemakaian peralatan.
Bentuk climbing ada 2 macam :
a. Rock Climbing
-pendakian pada tebing-tebing batau atau dinding karang. Jenis
pendakian ini yang
umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
-Pendakian pada es dan salju. Pada pendakian ini,
peralatan-peralatan khusus
sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton, dll.
sampe disini dulu yaa sobat blogger untuk lebih lengkapnya lagi terus kunjungi blog sederhana ini,, jangan lupa pollow me and comment nya,,