(Susur Gua) CAVING
1. Sejarah Penelusuran Gua
• Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro
Magnon dan berlindung, kuburanvdan untuk pemujaan roh leluhur
• 1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir
dari Samerset
Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah
penelusuran gua sumuran (potholing)
yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society
• 1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia
adalah orang pertama yang
melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah
lengkap dengan
komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan
total mencapai 2.800 halaman.
Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah
kepadanya
• 1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali
melakukan
kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg
(Sekarang Gua
Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang
pejabat di
daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua
profesional yang pertama
• 1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah
yang memiliki areal dimana
gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth
Cave di Kentucky AS. Olehnya
gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya
seorang mulatto bernama Stephen
Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua
tersebut. karena tugasnya
tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua
Profesional (Cave
Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong
(Stephen Bishop
menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300
mil hingga kini belum selesai
ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union
of Speleology,
Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World
Herritage)
• 1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi
yang
dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938)berkat usaha
kerasnya selama 5
yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini tahun dalam
suatu Kampanye
Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu
Riset Dasar
dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang
Multi
disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara
yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam
meneliti lingkungan gua. Bahkan
tata cara tersebut dianggap sebagai pokok
penerapan disiplin, tata tertib, etika
dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa
sekarang.
2. Speleologi Modern dan Perkembangannya di Indonesia
Speleologi berasal dari kata
Spelaion (Gua) dan Logos (Ilmu) dalam bahasa Yunani. Arti umumnya adalah Ilmu
Mengenal Gua namun secara khusus diartikan sebagai Ilmu Riset Dasar yang
mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah yang ada di dalamnya. Bidang ini
menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain seperti Biologi (mikrobiologi), Geologi, Kimia,
Meteorologi, Anthropologi, Arkeologi,
Minerologi, Sedimentologi juga bidang ilmu yang
bersifat sosial seperti Ilmu Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Turisme bahkan Mistik dan Legenda. Di Indonesia baru ada pada pertengahan dekade 70-an. Diperkenalkan oleh dr.
Robby Ko King Tjoen DV. melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.) mendirikan
SPECAVINA club Caving pertama di Indonesia. Setelah bubar pada awal dekade 80-an maka pada Tanggal 23 Mei 1983 dr. Robby mendirikan HIKESPI
(Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) yang mendapat pengakuan Internasional
dengan terdaftar di UIS (Union
Internationale de Speleologie - anggota Kelompok F UNESCO) dengan nama FINSPAC
(Federation of Indonesian Speleological Activities). Dan dari Pemerintah RI
(terdaftar di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah) sebagai
satu-satunya organisasi yang mewadahi semua kegiatan speleologi di Indonesia
secara resmi.
Kegiatan di alam bebas semakin
berkembang. Mendaki gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan
menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan lagi merupakan suatu impian.
Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai berkembang, yaitu Telusur Gua.
Jika bentuk kegiatan di alam
bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak demikian halnya dengan
telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam tanah.Aktivitas Caving
diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap aktivitas penelusuran
gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang
menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua.
Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri.
Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karenagelap
total. Ada apa dalam
kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan disana
? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaanyang
kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua danaspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya.
Maka dikenal istilah “speleologi”.
Ruang lingkup ilmu pengetahuan
ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja,
tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya
gua, bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah
lainnya. Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap
mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai
berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya,
jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun. Mc. Clurg
mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya
berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai
lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya.
Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka memasuki gua ?”, barangkali
catatan Norman Edwin adalah jawabannya, “ Adalah suatu kepuasan bagi seorang
penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan
sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.
3. Macam dan Fungsi Gua
Pengertian gua adalah
"suatu lorong bentukan alamiah di bawah tanah yang bisa
dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui
hewan saja disebut gua mikro". Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua
alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti tempat perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam
dibagi dalam beberapa jenis
berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :
•
Gua lava : terbentuk
akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala
keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh
karena terbentuk dari batuan muda
(endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan
yang khas
•
Gua litoral : sesuai
namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun
di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan
air laut (abrasi)
•
Gua batu gamping (karst)
: adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari
seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya
peristiwa karst (pelarutan
batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga
tercipta lorong-lorong dan bentukan
batuan yang sangat menarik akibat proses
kristalisasi dan pelarutan gamping.
Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia
adalah yang terbesar di dunia
•
Gua pasir, gua batu
halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat
jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari
seluruh jumlah gua di dunia.
Fungsi gua :
• Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
• Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping,
guano) - tempat perburuan
(walet, sriti, kelelawar)
• Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
• Obyek sosial budaya (legenda, mistik) - gudang air tanah potensial
sepanjang
tahun
• Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
• Indikator perubahan lingkungan paling sensitif
• Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital
bagi
kehidupan makro ekosistem di luar gua.
4. Apakah Speleologi Itu ?
Pengertian Kata Speleologi
adalah Ilmu mengenai gua atau ilmu yang mempelajaritentang lingkungan gua dan
membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya. Sedang caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut
ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan
ilmiah dan konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk
tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka
sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan
terpadu.
5. Terjadinya Gua Dan Jenisnya
Dua unsur penting yang
memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih
tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang
mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau
air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis
sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas
jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau
bentuk lain semacamnya. Ini
sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi. Proses yang terjadi terhadap batuan yang
dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya,
dinding celah atau gua, biasanya mempunyaipermukaan yang halus dan licin. Pembentukan
gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi
dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh
karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah
permukaan.
Tetapi sering kali ditemukan
juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di
dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’.
Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan
jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan
dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke
tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah
permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif.
Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan
dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar
di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula,
hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil
dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak
hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang
berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu
berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu.
Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka
dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan
atau aspek geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu
gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis
batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan
terjadinya gua, demikian pula batuan yang membentuk lereng curam di tepi
pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya
gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya
adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua
yang terjadi di sini disebut gua laut. Di dalam
proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga
pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa
ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;
1. Aragonite : Crystalline / cristal yang
terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada
dinding lorong
gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau
kemiringan
tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai
(menguap), kalsit yang
terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan
sudut yang berlawanan dari gaya
tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan
bentuk dimetamorfasekan oleh
panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang
unik dari batu tersebut.
6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke
atas, di bawah atap stalactite.
8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar
tetasan air.
9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu
gamping.
10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di
bawah tetesan
air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat,
menggantung
di langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk
ketika terjadi
pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang
bersusun-susun.
gambar 4. curtain, rimestone pool, pearl cave
5. Etika Penelusuran Gua
• Moto Speleologi :
o Jangan MENGAMBIL sesuatu, kecuali mengambil
GAMBAR
o Jangan MENINGGALKAN sesuatu, kecuali
meninggalkan JEJAK
o Jangan MEMBUNUH sesuatu, kecuali membunuh WAKTU
o Bertindak WAJAR
o Tidak sok pamer atau menutup-nutupi kepandaian
(merasa minder atau malu)
o Jika tidak sanggup maka tidak memaksakan
kehendaknya
o Tunjukkan RESPEK Kepada Sesama Penelusur Gua
o Tidak menggunakan peralatan atau bahan-bahan
yang disediakan oleh rombongan
lain
tanpa persetujuan
• Membahayakan penelusur gua yang lain,
misalnya :
o Mengambil atau memutuskan tali yang terpasang
o Memindahkan peralatan ketempat lain
o Menimpuk batu jika ada penelusur lain didalam
gua
o Menghasut penduduk disekitar gua agar
menghalang-halangi atau melarang rombongan lain masuk gua karena tidak satu
orang/kelompok pun boleh merasa memiliki kekuasaan/hak terhadap sebuah gua
bahkan bila dia itu seorang ahli yangmenemukan gua tersebut pertama kali
kecuali pemilik tanah di mana gua itu berada
o Jangan melakukan penelitian yang sama jika ada
rombongan penelusur lain yang sedang mengerjakannya DAN BELUM DIPUBLIKASIKAN (kecuali mendapatkan ijin)
o Jangan gegabah sebagai penemu sesuatu sebelum
mendapat konfirmasi dari kelompok2 resmi yang lain
o Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi
sensasi atau ambisi pribadi
o Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA
BERSAMA dan hasil publikasi tidak
boleh menonjolkan
DIRI SENDIRI tanpa mengingat jasa
SESAMA PENELUSUR
o Jangan menjelek-jelekkan penelusur lain dalam
publikasi walau penelusur itu mungkin melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Setiap publikasi negatif
tentang sesama penelusur maka akan memberikan gambaran negatif terhadap semua
penelusur gua.
6. Kewajiban
• Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN
UTAMA kegiatan Speleologi dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR
• Membersihkan gua serta lingkungannya, menjadi
kewajiban pertama para
penelusur
• Apabila sesama penelusur gua membutuhkan
pertolongan darurat para penelusur
gua wajib memberikan pertolongan itu
• Setiap penelusur gua wajib menaruh respek
terhadap penduduk sekitar gua.
Minta ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis
kepada yang berwenang, tidak
membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar ketenteraman dan
menyinggung perasaaan panduduk. Jangan merusak
pagar, tanaman penduduk atau
menganggu hewan milik penduduk. Sedapat mungkin
menghormati dan mematuhi larangan2
yang diberikan pemuka masyarakat setempat
berkaitan dengan gua yang akan
ditelusuri demi menjaga martabat kepercayaan
setempat
• Bila meminta ijin dari instansi resmi yang
berwenang, maka harus dirasakan
sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan
menyerahkan hasilnya pada instansi
tersebut. Apabila meminta nasihat pada penelusur atau seorang
lainnya, maka wajib
pula menyerahkan laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat
perseorangan itu
• Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan
kepada
kelompok penelusur lain, apabila anda mengetahui adanya
tempat-tempat yang
berbahaya
• Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan
benda-benda mati
atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON
Speleologi. Hal
ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk
ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk
melakukan penelusuran gua tanpa
pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila
perlu hanya di pamerkan dalam
bentuk foto2 tanpa menyebutkan lokasi
• NSS juga tidak menganjurkan usaha
mempublikasikan penemuan2 di dalam gua
atau lokasi dari gua sebelum diyakini betul adanya
pelestarian oleh yang
berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua
oleh orang awam menjadi tanggung
jawab si penulis berita, apabila mereka
mengunjungi gua2 itu sebagai akibat
publikasi dalam media massa
• Setiap terjadi musibah diwajibkan untuk di
laporkan kepada sesama penelusur
melalui media Speologi yang ada, hal ini perlu
supaya jenis musibah yang sama
dapat dihindari
• Menjadi kewajiban mutlak bagi penelusur gua
untuk memberitahukan kepada
rekan-rekan terdekat lokasi mana akan pergi dan
kapan ia akan diharapkan pulang.
Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib
memberitahukan penduduk nama dan alamat
para penelusur dan kapan diharapkan selesai
menelusuri gua. Wajib memberitahukan
penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila
penelusur belum keluar dari gua
sesuai dengan waktu yang direncanakan
• Para penelusur wajib memperhatikan keadaan
cuaca. Wajib meneliti apakah ada
bahaya banjir didalam gua waktu turun hujan lebat
dan meneliti lokasi2 mana di
dalam gua yang dapat dipergunakan untuk tempat
menghindar dari banjir
• Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib
bertindak dengan tenang tanpa
panik dan wajib patuh pada instruksi pemimpin
penelusuran
• Setiap penelusur dianjurkan untuk melengkapi
dirinya dengan peralatan dasar,
untuk kegiatan yang lebih sulit digunakan
peralatan yang memenuhi syarat dan ia
wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan
peralatan itu
• Setiap penelusur wajib melatih diri dalam
berbagai keterampilan gerak
penelusuran gua dan keterampilan menggunakan
peralatan sekalipun dalam waktu2 non
aktif
• Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai
publikasi mengenai gua dan
lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi
tetap berkembang, bagi yang
mampu melakukan penyelidikan atau opservasi ilmiah
diwajibkan melakukan publikasi
agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari
makalah2 itu.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
Penelusuran
Gua Horisontal
• Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus
memulai perjalanannya dalam
kondisi tubuh fit . Malah dalam sebuah buku teks
disebutkan, apabila badan terasa
kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua
dibatalkan (etika penelusuran
gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua
sangat buruk, penuh deposit
kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban
yang sangat tinggi. Mudah sekali
dalam kondisi demikian seorang penelusur gua
terserang penyakit paru-paru,
beberapa pioneer penelusur gua menghentikan
kegiatan eksplorasinya karena
terserang penyakit ini.
• Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik,
seorang penelusur gua sedikit
banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan
yang terpenting tidak cepat
menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit.
Bentuk tubuh juga mempengaruhi
kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur
Gua ideal adalah yang memiliki
badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi
jaminan akan menjadi penelusur
handal.
• Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan
membungkuk,
merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang
terlentang, menyelam serta berenang.
Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur
atau caver.
• Peralatan pribadi untuk gua horisontal
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
• Peralatan tim untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
Penelusuran
Gua Vertikal
• Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang
digunakan dalam penelusuran
gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena
efektifitasnya adalah Single Rope
Technique (SRT).
• SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan
menggunakan prinsip pemindahan
beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga
menggunakan dua alat naik.
• Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang
digunakan untuk keperluan SRT,
dan sedikit alternatifnya.
A. Peralatan Pribadi
Perlengkapan/peralatan yang
disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus melekat pada seorang
penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua vertikal. Secara garis besar
peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat untuk naik,
alat untuk turun dan peralatan penunjang.
Peralatan
Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat
dikategorikan dalam ascender, yang
memiliki keistimewaan apabila terbeban akan
semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop Jammer
Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik
beban badan, dihubungkan dengan
webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada
alat ini
ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali
pengaman). Alat ini
menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali,
sehingga semakin
terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai
Foot Loop
Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning
untuk tangan
kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki
bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl,
diantaranya CMI Jammer.
2. Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan
Jumar, namun bentuknya lebih
ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan
dihubungkan langsung dengan Sit
Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna
untuk menjaga
agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer
keluaran Petzl biasa disebut
Croll yang memang sudah dirancang untuk
kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang
digunakan dalam SRT, ketika badan
kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam
artian beban kita bergantung di
Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk
menambah ketinggian.
Peralatan Turun (Descender)
1. Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak
dianjurkan,
mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan
cara membelokkan
arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis
yang akan lebih
mudah rusak apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk
menuruni tali
pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan
oleh orang yang
sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci
pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk
mengatur friksi
antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi
kecepatan. Rack akan relatif
lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4. Auto Stop Descender
Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman
untuk digunakan dalam melakukan
SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan
sistem kunci otomatis, dan dapat
dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke
harness.
Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan
ketika melakukan SRT, yang digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa
digunakan benda lain dengan
prinsip sama
1. Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan
SRT Petzl khusus mengeluarkan
Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan
memanjat ataupun
canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita,
karena dalam
melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan
per). Maillon
sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon
gunanya
sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety
link. Alternatif
lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp”
dapat
dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain
memakai etrier
atau sling.
4. Security Link
Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik.
Terbuat dari
Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan
atau lebih. Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di
foot loop jammer dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga
menggunakan
webbing.
5. Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan.
Chest harness
berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan
tetap sejajar
dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan
standar.
Alternatif lain memakai sling/chest strap.
6. Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium. Main
attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan
croll, security link, cow’s tail dan descender. Untuk posisi main
attachment tidak pernah digunakan carabiner.
7. Cow’s tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah
anchor, waktu menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari
“climbing rope 11mm”. Panjangnya
kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing
ujungnya dibuat figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi
dua. “loop” pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate
karabiner untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal
digunakan ‘oval screw
gate carabiner’.
9. Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur
gua. Gunanya untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa
batu. ‘Petzl helmet’ diperlengkapi dengan lampu karbit.
B. Perlengkapan Tim
1.
Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal,
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan
terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat menyerap kejut. Speleo rope
memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai berdiameter 9,5 mm
sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam
(acid), alkali, hindarkan dari kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan
“rope pad” (alas tali). Cucilah tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai
sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di tempat teduh da
berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.
2.
Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon.
Digunakan untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.
3.
Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas
untuk membawa tali (rucksack, tackle bag), juga untuk membawa perlengkapan
lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu karbit, atau lainnya.
Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa karbit dapat
digunakan ban dalam mobil atau motor. Untuk mengarungi sungai di dalam gua diperlukan
perahu karet khusus.
Tali Temali (Knots)
Merupakan pengetahuan dasar
yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-simpulyang biasa digunakan di
dalam penelusuran gua, yaitu:
1. Bowline
Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya
yang semakin mengikat apabila
mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam
teknik rescue. Waktu membuat simpul
ini, ujung tali harus overhand knot.
2. Figure of eight
Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah
membuatnya dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay
dan untuk menyambung tali.
3. Tape knot
Simpul ini digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan
kedua ujungnya. Tidak ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
4. Butterfly knot
Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban.
Simpul ini untuk tali dengan beban vertikal.
5. Prusik knot
Untuk prusikking (naik tali dengan bantuan prusik)
Sistim Anchor
Anchor merupakan sebuah “titik
keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan penelusur gua, saat menuruni
sumuran (potholing) maupun pada saat kembali naik. Dalam
verical caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan beberapa titik (point).
Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna menghindari
gesekan batu.
Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan
tertentu, seperti
hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam sistim anchor, yaitu :
1. Anchor Alam (Natural
Anchor)
Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon
dan lain-lain.
Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung
menggunakan tali, dengan simpul bowline.
2.
Artificial Anchor
Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan,
polos dan licin. Karenanya dibuat
anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat
menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton
dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat
penting untuk diperhatikan :
2. 1 Posisi Anchor : Posisi yang benar akan
menghindarkan tali dari gesekan batu
2.2 Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang
anchor, dengan cara mengetukkan
hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa
menandakan batu yang rapuh.
Abseiling (teknik menuruni
tali)
Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah
dan nyaman, dibandingkan dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang
harus diingat ialah ketika melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam
kondisi aman, dalam artian ada paling tidak satu buah pengaman yang menjaga
apabila terjadi sesuatu. Dalam
hal
ini, pengaman yang paling terakhir dilepas dan
paling awal dipasang adalah Cow’s
Tail.
Cara menuruni tali :
Pertama pasang cow’s tail pada back up belay,
kemudian pasang tali pada descender. Setelah descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling.
Tangan kiri pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai
kontrol laju pada waktu turun. Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan,
jangan terlalu cepat atau tersendat sendat selain berbahaya juga akan merusak
tali. Untuk mengurangi laju
percepatan gunakan carabiner untuk menambah friksi.
Carabiner ini dikaitkan pada main
attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan
lupa membuat simpul pada ujung tali.
Pindah Anchor (passing a
re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat penelusuran gua harus
memasang anchor lebih dari satu. Untuk dapat melewati anchor waktu turun atau
naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah anchor.
Teknik
pindah atau melewati anchor :
-Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada saat
posisi descender sejajar dengan anchor.
-Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail
pendek, pasang cow’s tail panjang
pada hang belay, buka descender yang sudah bebas
beban.
-Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada
foot loop.
-Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot
loop jammer.
Pindah Sambungan (Passing a
knot on the descend)
Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup
panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai
dasar.
Teknik
melewati sambungan :
-Turunkan descender hingga menyentuh sambungan
tali
-Pasang cow’s tail pada safety loop figure of
eight
-Pasang chest jammer, croll pada tali di atas
descender, jangan terlalu jauh atau
terlalu dekat
-Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan
dengan posisi mengunci
-Buka croll, dengan bantuan foot loop
-Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s tail dan foot loop
jammer.
Prussiking (teknik menaiki
tali)
Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali
ke permukaan. Dalam
vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali
dengan kelemahan
dan kelebihannya.
Ada dua system, yaitu :
1. Rope Walking System
Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki
diikat pada ascender yang terpisah, sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan
bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin
tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell
system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.
2. Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak
menggunakan dua ascender, tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban ditopang
bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit stand
system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one
ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling sering
digunakan karena efisien dan aman. Frog system menggunakan satu jummar dan
chest jammer croll di dada. Tangan kanan mendorong jumar ke atas, sehingga
kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi terlipat. Pada posisi berdiri,
croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah jummar. Demikian
seterusnya.
Pindah anchor (passing a
re-belay on the ascend)
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak
banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
-Pasang cow’s tail pada anchor
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada
tali atas.
-Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)
-Pasang cow’s tail pada ‘safety loops’ figure of eight knot.
-Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
-Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali
atas.
-Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
KEMUNGKINAN KECELAKAAN YANG TERJADI
Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam
gua, berasal dari kesalahan si penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat
gelap sering kali seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak,
sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa
mampu untuk meloncat ke dalam lobang tersebut. Etikanya tidak diperkenankan
melakukan lompatan apapun di dalam gua. Tertimpa batu, merupakan kejadian yang
sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapuhnya dinding gua atau akibat
ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa
penelusur lain. Helm menjadi
wajib dikenakan untuk melindungi kepala.
Jenis kecelakaan yang lain,
akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan yang dipakai, misalnya
tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu perawatan dan
pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan ragu-ragu
untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya. Bahaya
banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor
suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi
di gua yang basah. Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk
dihindari, semuanya tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh
penelusur gua.
PEMETAAN
Dalam kegiatan penelusuran
gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan pemetaan dapat disebut
sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat petualangan. Meskipun
sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti
penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan
lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang paling
penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian
Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang
wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’. Begitu penting
pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang menyatakan
bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata”.
Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang
bersifat perekaman atau pendokumentasian.
Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik gua,
misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen, apa
saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua merupakan
salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua tersebut, sehingga peta tersebut
akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia akan mengetahui denah
guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari
sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi
ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti
sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.
Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang baik,
akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang membaca peta tersebut dengan
mudah. Sehingga sebuah peta gua harus Informatif, dan Komunikatif. Dianggap
informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan disini,
dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat
untuk kepentingan penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta
tersebut akan komunikatif apabila dalam hasil akhirnya tidak
membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama. Peta sebuah gua minimal menerangkan tentang;
1.
Penampang Atas, atau
denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan
lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong,
dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang
terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun,
ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun
digambarkan potongannya.
5. Data Gua,
keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan
administratifnya, surveyornya, dan tanggal
dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini
termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua
dapat terjadi setiap saat.
6. Skala,
untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena
lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
7. Arah
Utara Peta
8. Legenda,
atau keterangan simbol.
Apabila sudah
terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya sudah mampu
memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya. Sebuah peta gua
tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia ada beberapa
penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada kesepakatan federasi masing-masing. Saat ini, yang lazim
digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di Eropa, yang memakai skala 1 sampai 6.
Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di tahap pendalaman.
Untuk mendapatkan informasi
yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa prosedur pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas
prosedur-prosedur ini akan tampak merepotkan ketika
mengeksplorasi sebuah gua, namun sebenarnya kerepotan tersebut akan terbalas dengan hasil yang nantinya kita dapatkan.
Alat-alat
perlengkapan pemetaan
1. Drafting film atau Kodak Trace sejenis kertas
kedap air, seperti kertas kalkir
tetapi lebih tebal dan kedap air juga bisa dihapus
jika menggunakan alat tulis
pinsil.
2. Topofil, alat untuk mengukur jarak antara
stasiun. Kalau tidak ada dapat juga
dipakai rollmeter.
3. Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus,
dan serutan)
4. Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau
azimuth. Biasanya kompas Silva
atau Suunto yang digunakan.
5. Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua
(turun atau naik) Suunto PM5/360
adalah Clinometer yang terbaik.
gambar 15. contoh simbol peta gua
Prosedur Pemetaan
Prosedur pemetaan yang dimaksud disini adalah teknis
pengambilan data untuk menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan
dicatat di sebuah catatan lapangan untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis
besar, pengambilan data dilakukan dengan membuat bentukan kasar gua yang
dieksplorasi, dengan cara mengambil
beberapa titik untuk dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun tersebutlah
data-data direkam, diantaranya arah lorong, ketinggian lorong, kemiringan
antara stasiun, tinggi langit-langit gua, lebar lorong dan keterangan lainnya.
Pemetaan dapat dilakukan oleh
minimal dua orang, dimana satu orang menjadi leader yang memegang ujung alat
ukur dan menentukan posisi stasiun, sementara orang kedua menjadi pencatat data
yang memasukkan data ke dalam field note. Leader, adalah orang yang berhak
menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat dijadikan stasiun karena beberapa
sebab yaitu;
-Lorong yang dieksplorasi berubah arah
-Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang
kedua
-Terdapat kemiringan yang ekstrim
-Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
-Terdapat ornamen yang unik
-Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak
maksimal untuk membuat peta
dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa
posisi leader harus masih terlihat
oleh pencatat data.
Contoh catatan lapangan
Keterangan :
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai
kehendak, misalnya A-B,B-C, atau
1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu
dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh
kompas antara satu stasiun dengan
stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun,
biasanya + apa bila stasiun
didepannya lebih tinggi, dan - bila stasiun
didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke
dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang
ditemui, seperti ornamen yang unik,
keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga
membuat sketsa lorong dan irisan
stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
Cara Kerja
1. Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk
gua. Di sini berdiri pencatat
data yang membawa kompas, clinometer dan catatan
lapangan.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung
benang atau pita meter dipegang oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap
sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang,
azimuth, clino juga mencatat
lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada
lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong
gua antara stasiun A dan stasiunB. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang
memanjang
antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga
dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa
jika dijumpai hal-hal yang istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang
besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan
surveyor 2 menuju stasiun C dan kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan
pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan
dari lorong-lorong tertentu atau khusus.
Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini
adalah menyalin kembali data lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan
kita pasti akan kotor, dan kemungkinan tidak jelas terbaca. Kemudian kita
membuat peta gua kasar di kertas milimeter block. Data Azimuth, Kanan, kiri dan
jarak akan berguana dalam membuat Penampang atas atau denah, sementara data
kemiringan, atas dan bawah akan berguna untuk membuat irisan atau penampang
samping. Setelah itu, kita dapat menyalin draft peta yang telah kita buat ke
kertas kalkir, dan kemudian ditambahkan kelengkapan-kelengkapan lainnya.
Hambatan
Berbeda dengan pembuatan /
survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat
terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di
dalam gua, jauh di bawah muka bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total,
hanya ada penerangan lampu karbit yang terbatas cahayanya, belum lagi lantai
gua yang penuh lumpur, ruangan yang sempit, dan waktu yang terbatas dimana kita
tidak dianjurkan lupa waktu di dalam gua. Tetapi itu semua bukan menjadi alasan
untuk tidak melakukan pemetaan gua, lebih-lebih bagi mereka yang mengaku
sebagai ‘caver’. Yang ingin digarisbawahi di sini adalah bahwa apapun
kondisinya seorang caver wajib membuat peta gua di dalam
eksplorasinya, khususnya gua-gua yang belum
dipetakan.
7. Peralatan
Peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :
A.
Perlengkapan pribadi :
• Lampu, syaratnya harus bisa ditempelkan pada
helm
• Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika
ternyata pecah tidak akan
melukai kepala
• Coverall (Werkpak), dengan warna yang menyolok
• Sarung tangan, sebaiknya dari kulit yang lemas
atau karet
• Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat
melindungi dari gigitan binatang
berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki
• Sumber cahaya cadangan, bisa berupa lilin senter
korek api
• Peluit, sebagai alat komunikasi darurat.
Perlengkapan tersebut hanya dapat dipergunakan
untuk gua Horisontal (datar), atau
gua yang agak rumit hingga memerlukan keterampilan
untuk mendaki dan menuruni
secara bebas tanpa peralatan (Free Climbing).
Perlengkapan pribadi ini harus
diperluas apabila hendak melakukan penelusuran
dalam jangka waktu yang lama,
banyak terdapat air dan banyak memiliki lorong.
• Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam,
dapat pula
untuk mengisi tabung karbit
• Makanan, harap dibawa jika menelusuri gua lebih dari 6 jam
• Pakaian, yang kering luar dan dalam
• Pelampung, untuk berenang
• Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak
Guano-nya
(penyebab sakit paru-paru)
• Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh
sebagai catatan
perjalanan dan untuk keperluan pemetaan
• Peralatan pemetaan, klinometer, rollmeter, kompas prisma,
altimeter,
barometer, thermometer dan tripod
• Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll.
dipergunakan
untuk gua yang banyak lorongnya
• Jam tangan kedap air, penunjuk waktu yang akurat sangat penting
dalam
penelusuran.
• Alat fotografi, untuk keperluan dokumentasi diperlukan kamera SLR , lampu
kilat minimum 2 unit, aneka lensa filter, lensa zoom, shutter
release, tripod dan
bila ada kamera tahan air.
Untuk melakukan eksplorasi gua vertikal atau
sumuran, tentunya peralatan tersebut
diatas tidak memadai. Untuk keperluan tersebut
dikenal suatu cara yang disebut SRT
(Single Rope Technique) atau teknik menaiki dan
menuruni tali tunggal, maka kita
harus melengkapi dengan alat lainnya yaitu :
• Sit Harnes (dada), tali pengaman dada
• Harnes duduk, tali pengaman/tambatan pinggang
• Buntut sapi (Cow's Tails) atau tali pengaman
darurat
• Maillon Rapide (Delta), penyambung harnes dan
tempat mengait alat
• Croll (Chest Jammer) alat menaiki tali
• Hand Jammer, alat menaiki tali
• Decender, alat untuk menuruni tali
• Tali prusik, 2 pasang
• Webbing, tali pita.
B.
Perlengkapan kolektif :
Peralatan ini sangat
dibutuhkan untuk kegiatan bersama (beregu) dan harus ada
seseorang yang bertanggung jawab pada peralatan
tersebut. Pemeliharaan barang kolektif ini sebaiknya dilakukan bersama dan
dapat juga ditugaskan kepada satu orang. Sebaiknya yang memelihara alat
tersebut diserahkan pada orang yang mengerti pada peralatan tersebut, jangan
diberikan pada pemula karena sensitifnya peralatan. Namun adakalanya
kecenderungan dalam suatu organisasi untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut
pada pemula, dalam hal ini sangatlah tidak tepat.
• Tali, dalam hal ini mutlah diperlukan dalam
kegiatan penelusuran gua
vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas
dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran
dipergunakan tali statik atau tali
Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11
mili. Untuk panjang tali disesuaikan
dengan kebutuhan
• Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya
dan mudah dibawa.
Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama
jika rombongan sebagian besar
kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap
penggunaan tangga baja ini harus
menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis
• Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau
peralatan yang lainnya
• Perahu karet, untuk mengarungi sungai atau danau
• Pulley, sering disebut dengan katrol dan
bermanfaat untuk Rescue
8. Bahaya-bahaya
Survival dalam caving tidaklah
dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di dalam gua selalu berakibat fatal.
Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka tingkat kesulitan dan resiko
setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua. Apalagi di Indonesia
belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim rescue (SAR) gua baik secara lokal
maupun nasional walaupun telah banyak gua dibuka sebagai
obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah
sarana mutlak bagi penyelenggaraan suatu obyek wisata gua.
NSS USA menyebutkan usia
minimum penelusur gua (profesional dan amatir) adalah 20 tahun sebagai batas
psikologis (kecuali beberapa gua wisata khusus mengijinkan siswa SD masuk).
Alasan utamanya karena 90% kejadian kecelakaan menimpa mereka dengan
klasifikasi "Young (Teenager) Male Unafiliated Novice" (Remaja/anak
laki laki belasan tahun yang tidak terlatih dan tidak terdaftar pada kelompok speleologi
resmi). Namun di Indonesia tidak ada ketentuan batasan umur, bahkan di daerah
tertentu seperti di Karang Bolong Jawa Barat remaja belasan tahun telah memasuki
gua untuk menambang kapur atau sarang burung walet dengan peralatan
tradisional. Maka jelas sekali bahwa kestabilan
emosional dan keterlatihan/keterampilan yang memadai adalah syarat utama
keselamatan penelusuran. Bahkan secara internasional syarat keterampilan ini
seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang dikeluarkan melalui kursus
/ pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat (di Indonesia adalah
HIKESPI).
Oleh karena itu tidaklah
berlebihan apabila kalangan penelusuran gua memiliki
motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM
MENDUNG" sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun
justru jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa
diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas
tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam
gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :
• Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan
kurang sehat
• Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal
• Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan
sudah uzur
• Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau
stress)
• Anggota terlemah adalah patokan standar
penelusuran, apabila anggota
terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga
penelusuran harus dihentikan tanpa
dapat ditawar lagi
• Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4
orang
• Jangan masuk gua di musim hujan, seorang
penelusur gua pada masa ini
biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan
latihan ringan atau memperdalam pengetahuan
• Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah
setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang
tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala
wejangan atau nasihat mereka
• Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
o Hari, tanggal
o Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
o Nama, alamat, telepon anggota lain
o Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
o Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan,
kabupaten) - Mulai masuk gua
pukul, rencana keluar pukul APABILA SAMPAI PUKUL
..... BELUM KELUAR GUA MAKA
MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA
MELAPOR KEPADA LURAH, POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI: - NAMA,
ALAMAT, NOMER TELEPON - NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON SEGALA UANG YANG DIPERLUKAN
UNTUK MENERUSKAN BERITA INI
AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT. TERIMA KASIH.
Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi
berwenang setempat dan ditempel
di kaca mobil.
Macam-macam bahaya :
• Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi
terhadap jarak (distorsi) karena gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam
kegiatan penelusuran gua
• Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh
kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak
berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan
kandungan gas beracun seperti CO dan H2S. Tanda-tanda numum kurangnya oksigen
atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi
• Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak
terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan
dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh
guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi
tersebut merupakan bekas penambangan kapur
atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah
proyek
• Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara
gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut
dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan
ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas
batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir
• Hewan berbisa, walaupun menurut pakar
biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun
bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran
air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan
dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya
lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya
(guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC).
namun umumnya hewan gua tidak mengganggu
• Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat
mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau
jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua.
Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung
sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat
terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan
cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan
dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan
sorot lampu)
• Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan
peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan
rutin
• Bahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru
adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi
konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai
tenaga penunjang mobilitas.
sampe disini dulu yaa sobat blogger untuk lebih lengkapnya lagi terus kunjungi blog sederhana ini,, jangan lupa pollow me and comment nya,,