Ruang Lingkup Aqidah-Tauhid Dalam Dinul Islam (Islam Kaffah).



Assalamualaikum,,,

selamat pagi sobat, lama ta posting lagi pagi ini saya mau posting tentang ilmu tauhid sambil belajar sama sama. Sering kali kita mengabaikan ajaran ajaran para rosull kita mengenai seluk beluk ilmu tauhid yang begitu besar dari sisimanfaat, pedomannya serta tuntunan hidup kita selama di dunia maupun di akhirat nanti. kita langsung saja ke pembahasan pertama kita cekdot....


Ruang Lingkup Aqidah-Tauhid Dalam Dinul Islam (Islam Kaffah).

A. Tauhid Hakikiyah (Teoritis).
Tauhid fii Dzat Alloh.
Tauhid fii Sifat Alloh.
Tauhid fil Asma 'Alloh.
Tauhid fii Af'al Alloh.

B. Tauhid syar'iyah (Praktis).
Tauhid Rububiyah (Aqidah Rububiyah).
Tauhid Mulkiyah (Aqidah Mulkiyah).
Tauhid Uluhiyah (Aqidah Uluhiyah).

Pengertian Aqidah.

A. Pengertian Aqidah Menurut Bahasa (Lughot):
Kata Aqidah berasal dari asal kata; Aqoda - Yaq'idu - Aqidatan , yang berarti; ikatan, perjanjian, janji setia, sumpah, atau komitmen.

B. Pengertian Aqidah Menurut Etimologi Qur'an;
a) Perjanjian (Bil'uquudi) Qs 5:1.
b) Ikatan ('Uqdatan) Qs 2:235.
c) Sumpah / perjanjian yang disengaja ('Aqottum) Qs 5:89.
d) Sumpah setia / Komitmen ('Aqodat) Qs 4:33.
e) Kaku / Terikat ('Uqdat) Qs 20:27.
f) Buhul / ikatan tali yang mengikat dengan kuat (Fil 'Uqodi) Qs 113:4.
Jadi yang dimaksud dengan aqidah menurut lughot (bahasa) adalah ikatan yang lahir dari sebuah perjanjian atau sumpah yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang selanjutnya ia akan senantiasa terikat secara totalitas oleh isi perjanjian yang telah disepakatinya, seperti halnya contoh dalam akad atau perjanjian dalam sebuah pernikahan atau aqad dalam jual beli.

C. Pengertian Aqidah Menurut Syara '(Menurut Alloh dan Rosul-Nya):

     Adalah ikrar janji atau sumpah setia seorang hamba dengan Allah SWT yang disaksikan secara syari'at oleh Rosul-Nya atau Ulil Amri-Nya yang berwenang, sebagai pernyataan atau proklamasi diri bahwa ia siap untuk meninggalkan Agama yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Sistem Pemerintahan Jahiliyah) dan siap untuk bermigrasi ke dalam Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Islam (Sistem Pemerintahan Islam atau Islam Kaffah) yang selanjutnya ia siap untuk dibimbing dan dibangun menjadi mu'min / muslim yang beraqidah-tauhid totalitas, bersyari'at Islam totalitas dan berakhlaq Islam totalitas (kaffah) dalam seluruh aspek kehidupan dengan tujuan hanya untuk mengaharpkan keselamatan sejati di akhirat kelak (Mardhotillah).

             Seperti halnya yang telah dilakukan oleh Siti Khodijah ra, Abu Bakar ra, Umar bin Khotob ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Tholib ra dan seluruh para sahabat serta umat Islam terdahulu; mereka telah menyatakan ikrar sumpah / janji setia kepada Alloh SWT yang disaksikan secara syari'at oleh Rosululloh SAW selaku pimpinan Lembaga Dinul Islam (Sistem Pemerintahan Islam atau Islam Kaffah) saat itu.
Mereka menyatakan ikrar janji tersebut sebagai pernyataan sumpah atau janji setia kepada Alloh dan Rosul-Nya bahwa mereka siap untuk meninggalkan Agama Hanif, yakni Agama Nenek Moyang atau Islam turunan atau Islam Millah Ibrahim yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Pemerintahan Jahiliyah) Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs kemudian selanjutnya mereka siap untuk hijrah ke dalam Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Islam atau Mulkiyah Islam (Pemerintahan Islam) yang dipimpin oleh Rosululloh SAW saat itu, kemudian mereka siap untuk dibimbing dan dibangun jadi mu'min dan muslim sejati yang beraqidah-tauhid, bersyari'at dan berakhlaq Islam secara kaffah (totalitas) dalam seluruh aspek kehidupannya dengan hanya mengharapkan keselamatan sejati di akhirat kelak, tidak ada tujuan dan orientasi lain kecuali mardhotillah.
       
          Jadi yang disebut dengan orang yang beraqidah-tauhid atau orang yang beraqidah Dinul Islam di zaman Rosululloh SAW adalah orang yang memiliki ikatan janji atau orang yang telah menyatakan ikrar janji atau sumpah setia atau komitmen kepada Alloh dan Rosul-Nya bahwa mereka siap untuk meninggalkan Agama yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah Jahiliyah atau Pemerintahan Jahiliyah) dan siap untuk hijrah ke dalam Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Islam atau Islam Kaffah (Mulkiyah Islam atau Pemerintahan Islam).
Ciri khas orang yang beraqidah-tauhid atau orang yang beraqidah Dinul Islam secara kaffah (totalitas) dalam seluruh aspek kehidupannya adalah:

1. Hanya menerima eksistensi Dzat Alloh saja dan menolak segala bentuk dzat thogut.
2. Hanya menerima eksistensi Sifat Alloh saja dan menolak segala bentuk sifat thogut.
3. Hanya menerima eksistensi Asma 'Alloh saja dan menolak segala bentuk nama-nama thogut.
4. Hanya menerima eksistensi Af'al Alloh saja dan menolak segala bentuk kinerja thogut.
5. Hanya terikat secara totalitas oleh Rububiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk rububiyah thogut.
6. Hanya terikat secara totalitas oleh Mulkiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk mulkiyah thogut.
7. Hanya terikat secara totalitas oleh Uluhiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk uluhiyah thogut.

Pengertian Tauhid.

A. Pengertian Tauhid Menurut Bahasa (Lughot).
Kata tauhid merupakan bahasa Arab yang berasal dari akar kata; Minggu atau Wahada - Yuwahidu - Tauhidan; yang berarti: satu, tunggal atau esa.
Jadi yang dimaksud dengan ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang rukun iman yang pertama yakni; ilmu yang mempelajari tentang meng-Esa-kan Alloh dalam hal; Dzat-Nya, Sifat-Nya, Asma'-Nya, Af'al-Nya , Rububiyah-Nya, Mulkiyah-Nya dan Uluhiyah-Nya.
Penjelasan Ruang Lingkup Materi Tauhid (Hal Yang Wajib Ditauhidkan dari pada Alloh SWT):

1. Tauhid Hakikiyah atau Tauhid Teoritis (Tauhid dalam tataran akal, hati dan lisan).
Yaitu ajaran tentang meng-Esa-kan Alloh yang masih bersifat melangit, dimana tauhid hakikiyah atau tauhid teoritis ini ruang lingkupnya hanya sebatas dalam tataran akal dan keyakinan yang bersifat melangit, belum dalam bentuk tataran syari'at, aturan atau perundang-undangan nyata yang diterapkan dalam tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara.
Yang termasuk ke dalam kelompok ajaran tauhid hakikiyah atau tauhid teoritis adalah:

1. Tauhid fii Dzat Alloh (Meng-Esa-kan Alloh dalam hal Dzat-Nya).
Yaitu meyakini, mengakui dan menerima bahwa Dzat Alloh atau Tuhan itu hanya ada satu, tidak dua, tidak tiga, dst. Langit dan bumi beserta seluruh isinya; manusia, hewan, binatang, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, planet dan lain-lain; tuhannya hanya satu, yakni Alloh Qs 112:1-4.
ö @ è% uqèd ª! $ # î?? ymr & Cee ª! $ # ß?? YJ ¢ A9 $ # Cee öNs9 ô $ Î # t?? öNs9ur ô?? s9qã??Cie öNs9ur `ä3t?? ¼ ã & ©! # · Qàÿà2 7?? Ymr & Cie
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia. "
Dzat Alloh tidak berbentuk jauhar 1 dan tidak pula berbentuk massa 2 , sehingga keberadaan bentuk Dzat Alloh tidak akan pernah bisa ditemukan oleh panca indera, tidak akan pernah bisa dibayangkan oleh akal dan tidak akan pernah bisa diilustrasikan dengan sesuatu apapun, karena antara bentuk Dzat dengan Jauhar atau Massa itu tidak ada titik sama sedikitpun. Akan tetapi keberadaan Dzat Alloh hanya dapat ditemukan oleh qolbu (jiwa) orang-orang yang hidupnya beraqidah - tauhid, yakni oleh hati orang-orang yang siap untuk menerima eksistensi Alloh SWT secara totalitas (kaffah) dalam seluruh aspek kehidupannya.Antara bentuk Dzat Pencipta (Kholiq) dengan bentuk yang diciptakan-Nya (makhluq) pasti tidak akan pernah ada titik sama sedikitpun. Keberadaan Dzat Alloh lebih dekat dari urat leher kita Qs 50:16.
} § ø?? S9 ¾ IMI = ÷ WÏJx. Oai?? X «(uqèdur SSI?? IJ ¡¡9 $ # ç???? ÅÁt7ø9 $ # ÇÊÊÈ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan (Bentuk Dzat) Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat Qs 42:11.
Dan tidak ada sesuatupun yang semisal dengan (dimensi Dzat) Dia Qs 112:4.
Jika ada orang yang meyakini bahwa ada sesuatu yang memiliki poin sama, serupa atau semisal dengan bentuk dan dimensi Dzat Alloh atau meyakini bahwa di luar Alloh ada tuhan lagi, maka ia telah mempersekutukan Alloh dalam hal Dzatiyah-Nya atau yang disebut denganMusyrik fii Dzat Alloh .

2. Tauhid fii Sifat Alloh (Meng-Esa-kan Alloh dalam hal Sifat-Nya).
Yaitu meyakini dan menerima bahwa hanya Alloh saja-lah satu-satunya Dzat yang memiliki Sifat Wajib 20 dengan seluruh kesempurnaan-Nya.
Sifat 20 bagi Alloh yang wajib diyakini oleh setiap muslim:
1. Ada, Artinya Ada, dimana keberadaan Dzat Alloh tidak ada awal penciptaan-Nya dan tidak pernah ada-Nya.
2. Qidam , Artinya Dzat Alloh Maha Sebelumnya, dimana pendahulunya keberadaan Dzat Alloh tidak ada awalnya dan tidak ada pencipta pertama kalinya.
3. Baqo, Artinya Dzat Alloh Maha Kekal, dimana kekal-Nya Dzat Alloh tidak ada awal penciptaannya dan tidak akan pernah ada akhirnya.
4. Mukholafatu lil hawadits, Artinya Dzat Alloh Maha Berbeda dengan sesatu yang baru, tidak ada sesuatupun yang memiliki titik sama, semisal, serupa atau setara dengan keberadaan bentuk dan dimensi Dzat Alloh.
5. Qiyamuhu Binafsih, Artinya Dzat Alloh Maha Berdiri sendiri, keberadaan Dzat Alloh tidak membutuhkan pihak lain.
6. Wahdaniyat, Artinya Dzat Alloh Maha Esa (Satu / Tunggal), Dzat Alloh itu hanya ada satu; tidak dua, tidak tiga, tidak empat dan seterusnya.
7. Qudrot, Artinya Dzat Alloh Maha Berkuasa, yakni; berwenang untuk mengadakan dan mentiadakan segala sesuatu dan berkuasa penuh untuk memimpin dan memerintah seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini.
8. Irodah, Artinya Dzat Alloh Maha berkehendak, yakni Alloh SWT memiliki keinginan, tujuan, cita-cita atau memiliki program.
9. Ilmu, Artinya Dzat Alloh Maha Mengetahui, Alloh SWT mengetahui segala sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghaib karena Dia pencipta dan pengendalinya.
10. Hayat, Artinya Dzat Alloh Maha Hidup, hidupnya Dzat Alloh tidak ada awalnya dan tidak pernah ada ada akhirnya karena hidupnya Dzat Alloh bukan dengan alat pernafasan dan oksigen tapi dengan sifat Hayat-Nya Dia.
11. Sama, Artinya Dzat Alloh Maha Mendengar, dimana mendengarnya Dzat Alloh bukan dengan telinga, tapi dengan sifat Sama'-Nya Dia sehingga segala sesuatu baik yang nampak maupun yang ghaib, baik yang jauh maupun yang dekat pasti keberadaannya senantiasa didengarkan oleh Alloh SWT karena Dia pencipta dan pengendalinya.
12. Bashor, Artinya Artinya Dzat Alloh Maha Melihat, dimana melihatnya Dzat Alloh bukan dengan indra mata, tapi dengan sifat Bashor'-Nya Dia sehingga segala sesuatu baik yang nampak maupun yang ghaib, baik yang jauh maupun yang dekat pasti keberadaannya selalu diperhatikan dan dilihatnya oleh Alloh SWT tanpa terkecuali karena Dia adalah pencipta dan pengendalinya.
13. Kalam, Artinya terbukti keberadaan Dzat Alloh Bisa Berbicara, dimana berbicaranya Dzat Alloh bukan dengan mulut atau bahasa isyarat tapi dengan sifat Kalam-Nya Dia.
14. Qodiron, Artinya Terbukti Dzat Alloh Berkuasa Penuh baik di langit maupun di planet bumi ini.
15. Muridan, Artinya Terbukti Dzat Alloh Memiliki kehendak; keinginan, tujuan, cita-cita dan memiliki program.
16. Aliman, Artinya Terbukti Dat Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu.
17. Hayan, Artinya Terbukti Dzat Alloh Maha Hidup.
18. Sami'an, Artinya Terbukti Dzat Alloh Maha Mendengar.
19. Bashiron, Artinya Terbukti Dzat Alloh Maha Melihat.
20. Mutakalliman, Artinya Terbukti Dzat Alloh Bisa Berbicara.
Sifat Mustahil Bagi Alloh:
1.  'Adam, Artinya mustahil jika Dzat Alloh itu tidak ada.
2.  Huduts , Artinya mustahil jika keberadaan Dzat Alloh itu baru (Ada awal penciptaanya).
3.  Fana, Artinya mustahil jika Dzat Alloh rusak atau binasa (Ada Awal penciptaanya dan akan ada akhirnya).
4.  Mumatsalatul Lil Hawadisi, Artinya mustahil jikakeberadaan Dzat ada poin sama dengan sesuatu yang baru (hasil ciptaan-Nya).
5.  Qiyamuhu Bi Ghairihi, Artinya mustahil jika keberadaan Dzat Alloh membutuhkan bantuan pihak lain.
6.  Ta'addud, Artinya mustahil jika keberadaan Dzat Alloh multi-bilang (Lebih dari satu).
7.  Ajzun, Artinya mustahil jika Dzat Alloh lemah.
8.  Karahah, Artinya Mustahil jika Dzat Alloh terpaksa, tidak punya keinginan.
9.  Jahlun, Artinya Mustahil jika Dzat Alloh bodoh.
10. Mautun, Artinya mustahil jika Dzat Alloh mati.
11. Summun, Artinya mustahil jika Dzat Alloh tuli.
12. 'Umyun, Artinya mustahil jika Dzat Alloh buta.
13. Bukmun, Artinya mustahil jika Dzat Alloh bisu.
14. Ajizan, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti lemah.
15. Karihan, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti bisa dipaksa (terpaksa).
16. Jahilan, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti bodoh.
17. Mayyitan, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti bisa mati.
18. Asoma, Artinya mustahil jika keberadaan Dzat Alloh terbukti tuli.
19. 'Ama, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti buta.
20. Abkama, Artinya mustahil jika Dzat Alloh terbukti bisu (tidak bisa berbicara).
Karakteristik orang yang bertauhid fii Sifat Alloh (meng-Esa-kan Alloh dalam hal Sifat-Nya) adalah ia meyakini, mengakui dan menerima bahwa:
(A) Tidak ada sesuatupun yang memiliki poin sama dengan Sifat Kesempurnaan yang dimiliki oleh Dzat Alloh.
(B) Tidak ada sesuatupun yang sebanding, setara, serupa atau semisal dengan Sifat yang dimiliki oleh Dzat Alloh.
4} § ø?? S9 ¾ IMI = ÷ WÏJx. Oai?? X «(uqèdur SSI?? IJ ¡¡9 $ # ç???? ÅÁt7ø9 $ # ÇÊÊÈ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan (Sifat) Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat Qs 42:11.
öNs9ur `ä3t?? ¼ ã & ©! # · Qàÿà2 7?? Ymr & Cie
Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan (Sifat) Dia Qs 112:4.
Orang yang meyakini bahwa selain Alloh (di luar Alloh) ada sesuatu yang memiliki titik sama dengan keberadaan Sifat yang dimiliki oleh Dzat Alloh atau orang yang meyakini bahwa selain Alloh (di luar Alloh) ada sesuatu yang sebanding, setara, serupa atau semisal dengan keberadaan Sifat yang dimiliki oleh Dzat Alloh, maka itulah orang yang dalam keadaan men-dua-kan Alloh dalam hal Sifat-Nya (musyrik terhadap Sifat Alloh).
Sedangkan orang yang tidak meyakini atau menolak terhadap keberadaan Sifat yang dimiliki oleh Dzat Alloh dengan seluruh kesempurnaan-Nya, maka itulah orang yang dalam keadaankafir terhadap Sifat-Nya.

3. Tauhid fii Asma 'Alloh (Meng-Esa-kan Alloh dalam hal Nama-Nama-Nya).
Yaitu meyakini dan menerima bahwa hanya Alloh saja-lah satu-satunya Dzat yang memiliki Asamaul Husna dengan seluruh kesempurnaan-Nya.
Lafadz Alloh adalah merupakan nama Tuhan Sang Pencipta, Pemilik, Penggenggam, Pemelihara, Manager, Agenda, Operator dan Penguasa Alam semesta; langit dan bumi beserta seluruh isinya. Tidak ada Tuhan kecuali Alloh, diluar Alloh namanya bukan Tuhan tapi makhluk hasil ciptaan Tuhan. Dan seluruh Kitab Suci yang diwahyukan kepada Para Rosul-Nya, menjelaskan bahwa nama Tuhan itu adalah Alloh Qs 13:16.
Alloh adalah satu-satunya Raja (Pimpinan / Penguasa) yang hak dicintai, dipuja, diagungkan, ditaati dan yang hak dijadikan tempat pengabdian oleh setiap makhluk yang ada di langit dan di bumi ini. Adapun untuk nama-nama lain dari Dzat Alloh yang ada dalam Asma'ul Husna adalah kata berita yang menjelaskan tentang keberadaan Sifat Kesempurnaan Yang Melekat pada Dzat Alloh.
Nama-Nama Alloh Yang wajib diyakini oleh setiap muslim, ada 99, yakni;
Alloh.
Lafadz Alloh adalah merupakan nama Tuhan Sang Pencipta, Pemilik, Penggenggam, Pemelihara, Manager, Agenda, Operator dan Penguasa Alam semesta; langit dan bumi beserta seluruh isinya. Tidak ada Tuhan kecuali Alloh, di luar Alloh namanya bukan Tuhan, tapi makhluk hasil ciptaan Tuhan.
Dan seluruh Kitab Suci yang diwahyukan kepada Para Rosul-Nya, menjelaskan bahwa nama Tuhan itu adalah Alloh Qs 13:16. Alloh adalah satu-satunya Raja yang hak diabdi, dipuja, diagungkan, disanjung, dijadikan kekasih dan yang hak dijadikan idola oleh setiap makhluk yang ada di langit dan di bumi ini.
Adapun untuk nama-nama lain dari Alloh yang ada dalam Asma'ul Husna, maka menunjukkan pula keberadaan sifat yang melekat pada Dzat Alloh dan merupakan kata berita yang menjelaskan tentang keberadaan Sifat-Sifat Alloh.
ALLOH.
Ar-Rohman (Maha Pengasih) Qs 2:163 / 13:30 / 20:5,109 / 50:33 / 78:38.
Ar-Rohim (Maha Penyayang) Qs 1:3 / 4:64 / 27:30 / 34:2.
Al-Malik (Maha Merajai) Qs 3:26 / 59:23.
Al-Quddus (Maha Berih dari Noda dan Cacat) Qs 59:23 / 62:1.
As-Salam (Maha Penyelamat) Qs 59:23.
Al-Mu'min (Maha Pemelihara Keamanan) Qs 59:23.
Al-Muhaimin (Maha Penjaga) Qs 5:48 / 59:23.
Al-Aziz (Maha Perkasa) Qs 3:4 / 11:66 / 27:9 / 38:66 / 54:42 / 59:23.
Al-Jabbar (Maha Agung) Qs 59:23.
Al-Mutakabbir (Maha Megah / Maha Angkuh) Qs 59:23.
Al-Kholiq (Maha Pencipta) Qs 6:102 / 15:28 / 40:62.
Al-Bari (Maha Pembuat) Qs 2:54 / 59:23.
Al-Mushowwir (Maha Pembentuk) Qs 3:6 / 40:64 / 59:24
Al-Ghoffar (Maha Pengampun) Qs 38:66 / 39:5 / 71:10.
Al-Qohhar (Maha Pemaksa) Qs 13:16 / 38:65 / 39:4.
Al-Wahhab (Maha Pemberi) Qs 3:8 / 38:9.
Al-Rozzak (Maha Pemberi Rizki) Qs 51:58.
Al-Fattah (Maha membukakan) Qs 34:26.
Al-'Alim (Maha Mengetahui) Qs 2:181,247 / 3:35 / 6:13.
Al-Qobidl (Maha Menggenggam dan Menahan) Qs 2:245.
Al-Basit (Maha Meluaskan / Melepaskan) Qs 17:30.
Al-Khofid (Maha Menjatuhkan / Merendahkan) Qs 56:23.
Ar-Rofi (Maha Mengangkat) Qs 2:253 / 3:55 / 58:11.
Al-Mu'iz (Maha Memberi Kemuliaan) Qs 3:26.
Al-Mudzil (Maha Memberi Aib) Qs 3:26.
As-Sami '(Maha Mendengar) Qs 2:181 / 6:13 / 17:1 / 40:20,56.
Al-Bashir (Maha Melihat) Qs 4:58 / 17:71 / 40:20,56 / 67:59.
Al-Hakam (Maha Penduduk Hukum) Qs 5:58 / 6:114 / 10:109 / 12:40 / 13:41.
Al-'Adlu (Maha Adil).
Al-Latif (Maha Halus / Lembut) Qs 6:103 / 12:100 / 67:14.
Al-Khobir (Maha Waspada) Qs 6:18,103 / 34:1 / 59:18 / 100:1.
Al-Halim (Maha Penghiba / Penyantun) Qs 9:114 / 17:44 / 64:17.
Al-'Azhim (Maha Agung) Qs 3:74 / 56:96 / 69:52.
Al-Ghofur (Maha Kaya) Qs 2:235 / 34:2 / 48:14 / 64:14.
Asy-Syakur (Maha Pembalas) Qs 35:30 / 64:17.
Al-'Aliy (Maha Tinggi) Qs 2:255 / 4:34 / 22:62 / 40:12.
Al-Kabir (Maha Besar) Qs 13:9 / 22:62 / 40:12.
Al-Hafizh (Maha Pemelihara) Qs 11:57 / 12:64 / 42:6 / 50:52.
Al-Mukit (Maha Memberi Kecukupan).
Al-Hasib (Maha Penghitung) Qs 4:6 / 6:62.
Al-Jalil (Maha Luhur) Qs 55:27.
Al-Karim (Maha Pemurah) Qs 27:40.
Ar-Roqib (Maha Peneliti / Mengawasi) Qs 4:1 / 33:52.
Al-Mujid (Maha Mengabulkan) Qs 2:186 / 11:61 / 37:35.
Al-Wasi (Maha Luas) Qs 2:247 / 3:73 / 24:32.
Al-Hakim (Maha Bijaksana) Qs 6:83 / 11:1 / 95:8 / 27:9 / 34:1 / 39:1.
Al-Wadud (Maha Mengasihi) Qs 11:90 / 85:14.
Al-Majid (Maha Mulia) Qs 11:73 / 85:15.
Al-Ba'its (Maha Membangkitkan) Qs 2:56 / 16:84 / 16:89.
Asy-Syahid (Maha Menyaksikan) Qs 33:55 / 34:47.
Al-Haq (Maha Benar) Qs 22:62 / 31:30.
Al-Wakil (Maha Memelihara Penyerahan) Qs 4:81 / 17:65.
Al-Qowiy (Maha Kuat) Qs 8:52 / 11:66 / 57:25.
Al-Mathin (Maha Kokoh) Qs 7:183 / 51:58 / 68:45.
Al-waliy (Maha Melindungi) Qs 4:45 / 42:28 / 33:17.
Al-Hamid (Maha Terpuji) Qs 11:73 / 14:1 / 42:28.
Al-Muhshi (Maha Menghitung / Menghisab) Qs 19:94 / 72:28.
Al-Mubdi (Maha Memulai) Qs 33:37 / 85:13.
Al-Mu'id (Maha Mengulangi) Qs 85:13.
Al-Muhyi (Maha Menghidupkan) Qs 30:50 / 44:8.
Al-Mumit (Maha Mematikan) Qs 44:8.
Al-Hayyu (Maha Hidup) Qs 2:255 / 3:2 / 40:65.
Al-Qoyyum (Maha Berdiri Sendiri) Qs 2:255 / 3:2 / 20:111.
Al-Wajid (Maha Kaya) Qs 93:6-8.
Al-Majid (Maha Mulia) Qs 85:15.
Al-Wahid (Maha Esa) Qs 13:16 / 21:108 / 38:65.
Ash-Shomad (Maha Dibutuhkan) Qs 112:2.
Al-Qodir (Maha Kuasa / Maha Berdaulat) Qs 30:50,54 / 6:65 / 10:65.
Al-Muqtadir (Maha Menentukan) Qs 18:45.
Al-Muqoddim (Maha Mendahulukan) 15:24.
Al-Mu'akhir (Maha Mengakhirkan) Qs 15:24 / 11:104.
Al-Awwal (Maha Pertama) Qs 57:3.
Al-Akhir (Maha Akhir) Qs 57:3.
Adz-dzohir (Maha Nyata) Qs 57:3.
Al-Bathin (Maha Tersembunyi) Qs 57:3.
Al-Wali (Maha Menguasai / Memimpin) Qs 13:11 / 12:101.
Al-Muta'ali (Maha Suci) 13:9.
Al-Barri (Maha Dermawan) Qs 52:28.
At-Tawwab (Maha Penerima Taubat) Qs 2:54 9:104 / 110:16.
Al-Muntaqim (Maha menyengsarakan) 39:37 / 43:41 / 44:16.
Al-'Afuw (Maha Pemaaf) Qs 4:43,99 / 22:60.
Ar-ROUF (Maha Mensejahterakan) Qs 2:207 / 9:117 / 59:10.
Al-Malikul Mulk (Maha Menguasai Pemerintah / Pemerintahan) Qs 3:26.
Dzul Zalali Wal Ikrom (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan) Qs 55:27.
Al-Muqsith (Maha Mengadili) Qs 3:18.
Al-Jami '(Maha Mengumpulkan) Qs 3:9 / 4:172 / 42:29.
Al-Ghoniy (Maha Kaya) Qs 4:131 / 6:133 / 22:64.
Al-Mughni (Maha Memberi Kekayaan).
Al-Mani '(Maha Pembela).
Ad-Adoru (Maha mencelakakan) Qs 48:11.
An-Nafi '(Maha Memberi Kesenangan) Qs 48:11.
An-Nur (Maha Bercahaya) Qs 39:22.
Al-Hadi (Maha Pembimbing) Qs 39:23.
Al-Badi (Maha Pembaharu) Qs 2:117.
Al-Baqi (Maha Kekal) Qs 55:27.
Al-Warits (Maha Pewaris) Qs 15:23 / 21:89.
Ar-Rosyid (Maha Cerdik / Maha Pandai) Qs 18:10 / 18:17.
As-Shobur (Maha Penyabar) Qs 7:153.
Karakteristik orang yang bertauhid fii Asma Alloh (Meng-Esa-kan dalam hal Asma'-Nya) adalah ia meyakini, mengakui dan menerima bahwa:
(A) Tidak ada yang memiliki Asma'ul Husna dengan seluruh kesempurnaan-Nya kecuali hanya Alloh. Dan di luar Alloh tidak ada sesuatupun yang memiliki Asma'ul Husna dengan seluruh kesempurnaan-Nya Qs 7:180 / 17:110 / 20:8 / 59:22-24.
(B) Tidak ada sesuatupun yang memiliki titik sama dengan keberadaan Asma 'Alloh dengan seluruh kesempurnaan-Nya.
(C) Tidak ada sesuatupun yang sebanding, setara, serupa atau semisal dengan keberadaan Asma 'Alloh dengan seluruh kesempurnaan-Nya Qs 42:11 / 112:4. Seperti;
- Tidak ada Yang Maha Rahman kecuali Alloh.
- Tidak ada Yang Maha Rahim kecuali Alloh.
- Tidak ada Yang Maha Malik kecuali Alloh.
- Tidak ada Yang Maha Suci kecuali Alloh.
- Tidak ada Yang Maha Menyelamatkan kecuali Alloh,
- Dan seterusnya.
} § ø?? S9 ¾ IMI = ÷ WÏJx. Oai?? X «(uqèdur SSI?? IJ ¡¡9 $ # ç???? ÅÁt7ø9 $ # ÇÊÊÈ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan (Asma ') Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat Qs 42:11.
Ns9ur `ä3t?? ¼ ã & ©! # · Qàÿà2 7?? Ymr & Cie
Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan (Asma ') Dia Qs 112:4.
Jika ada orang yang meyakini bahwa di luar Alloh atau selain Alloh ada sesuatu yang memiliki poin sama; sebanding, setara, semisal atau mirip dengan keberadaan Asma 'Alloh dengan seluruh kesempurnaan-Nya, maka itulah orang yang men-dua-kan Alloh dalam hal Asma '-Nya(musyrik terhadap Asma 'Alloh).
Sedangkan orang yang tidak meyakini atau menolak terhadap keberadaan Asma 'Alloh dengan seluruh kesempurnaan-Nya, maka itulah orang yang dalam keadaan kafir terhadap Asma 'Alloh.

4. Tauhid fiil Af'al Alloh (Meng-Esa-kan Alloh dalam hal Pekerjaan-Nya).
Yaitu meyakini dan menerima bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi baik di langit maupun di bumi ini adalah seluruhnya merupakan hasil pekerjaan Alloh dan sepenuhnya dikendalikan oleh-Nya tanpa terkecuali.
Ada Af'al Alloh ada 2, yaitu;
(1) Af'al Alloh Taqwin / Af'al Alloh Mudthor.
Yaitu pekerjaan Alloh yang tidak melibatkan upaya makhluk, seperti Alloh menciptakan dan mengelola Jagat Raya; langit, bintang, matahari, bulan dan bumi. Atau Alloh menciptakan dan mengelola ruh, jantung, darah, pernafasan dan alat pencernaan yang ada pada diri kita.
(2) Af'al Alloh Tasyri / Af'al Alloh Mukhtar.
Yaitu pekerjaan Alloh yang secara kasad mata kita ada ikut serta dan upaya makhluk, seperti Alloh menciptakan bangunan, rumah, kendaraan, jalan, pakaian, alat tulis dan lain-lain.
Hal yang mendukung terwujudnya Af'al Alloh Tasyri atau Af'al Alloh Yang Mukhtar:
(A) Adanya Dzat Alloh Yang Berkuasa untuk menciptakan, menggenggam, memelihara dan mengelola alam semesta beserta seluruh isinya.
(B) Adanya sumber daya manusia yang telah diciptakan, dipelihara dan dikelola tiap organ tubuhnya agar bekerja sesuai dengan kehendak dan tujuan Alloh.
(C) Adanya sumber bahan (sumber daya alam) yang telah disediakan oleh Alloh.
(D) Adanya ide dan ilmu pengetahuan hasil ciptaan Alloh yang kemudian disimpan pada memory akal manusia yang selanjutnya dipelihara dan difungsikan sesuai dengan kehendak Alloh SWT.
(E) Adanya unsur-unsur lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia seperti; oksigen, air, makanan, cahaya, gaya grafitasi, suhu, matahari, tanaman, daging hewan, ikan (flora dan fauna), dan lain sebagainya yang keseluruhannya itu disediakan dan dikelola penuh oleh Alloh SWT.
Fungsi dan posisi Alloh adalah sebagai fa'il (subjek), yakni; yang mengadakan, yang mengerjakan, yang mengelola dan yang akan mentiadakan seluruh makhluk, itulah wujud af'al Alloh.
Sedangkan fungsi dan kedudukan makhluk hanyalah sebagai maf'ul (objek), yakni yang diadakan, yang diaktifkan, yang dimampukan, yang didukung, yang dipelihara, yang digerakkan dan yang dikendalikan sepenuhnya oleh Alloh Sang Pemilik dan Penguasa Jagat raya ini Qs 10:3, 55 / 19:65 / 20:6.
Tidak ada sesuatupun yang mampu untuk menghasilkan atsar kerja atau hasil kerja (af'al) kecuali hanya Alloh saja. Dan tidak ada sesuatupun yang setara, sebanding, serupa atau semisal dengan hasil pekerjaan Alloh (af'al Alloh).
} § ø?? S9 ¾ IMI = ÷ WÏJx. Oai?? X «(uqèdur SSI?? IJ ¡¡9 $ # ç???? ÅÁt7ø9 $ # ÇÊÊÈ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan (Af'al) Dia. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat Qs 42:11.
Ns9ur `ä3t?? ¼ ã & ©! # · Qàÿà2 7?? Ymr & Cie
Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan (Af'al) Dia Qs 112:4.
Karakteristik orang yang bertauhid fil Af'al Alloh (mengesakan Alloh dalam hal Af'al-Nya) adalah ia meyakini, mengakui dan menerima bahwa:
(A) Tidak ada Dzat yang memiliki af'al (atsar kerja / hasil kerja) kecuali hanya Alloh saja
(B) Tidak ada sesuatupun yang mampu untuk menghasilkan af'al (atsar kerja / hasil kerja) kecuali hanya Alloh saja.
(C) Tida ada sesuatupun yang memiliki poin sama dengan pekerjaan Alloh.
(D) Tidak ada sesuatupun yang sebanding, setara, serupa atau semisal dengan pekerjaan (af'al) Alloh.
Orang yang meyakini hwa selain Alloh (di luar Alloh) ada sesuatu yang memiliki poin sama dengan pekerjaan Alloh atau orang yang meyakini bahwa selain Alloh (di luar Alloh) ada sesuatu yang sebanding, setara, serupa atau semisal dengan pekerjaan-Nya, maka itulah orang yang dalam keadaan men-dua-kan Alloh dalam hal Af'al-Nya (musyrik terhadap Af'al-Nya).
Sedangkan orang yang berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi di langit dan di bumi ini adalah bukan merupakan hasil pekerjaan Alloh (bukan af'al Alloh), atau menolak untuk menerima keberadaan Af'al Alloh, maka ia telah kafir terhadap Af'al- nya Alloh .
2. Tauhid Syar'iyah atau Tauhid Praktis (Tauhid dalam tataran akal, hati, lisan dan perbuatan).
Yaitu ajaran tentang meng-Esa-kan Alloh yang bersifat konkret dalam bentuk syari'at atau aturan nyata yang diterapkan dalam seluruh aspek tatanan kehidupan bermasyarakat, dimana ruang lingkup tauhid ini tidak hanya sebatas tataran akal, keyakinan dan lisan saja, akan tetapi mencakup aktualisasi dalam bentuk sikap dan perbuatan nyata yang diterapkan dalam seluruh aspek tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara dengan menjadikan Alloh SWT sebagai satu-satunya sumber Rububiyah (aturan atau legalitas), sumber Mulkiyah (kewenangan atau otoritas) dan sumbur Uluhiyah (keta'atan atau loyalitas) .
Yang termasuk ke dalam kelompok ajaran tauhid syar'iyah atau tauhid parktis adalah:
1. Tauhid Rububiyah.
Yaitu meng-Esa-kan Alloh dalam hal aturan dan dalam hal ketentuan hukum-hukum-Nya Qs 114:1.
Pengertian Rububiyah;
Kata Rububiyah berasal dari kata; Robb yang secara bahasa merupakan kata kerja dari;Robb-Yarobbu-Robban, yang berarti; Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Pemilik segala sesuatu.
(A) Pencipta segala sesuatu;
Pencipta risalah (ajaran, tuntunan, pedoman dan konsep hidup).
Pembuat syari'at; aturan / hukum dan pencipta hukum
Pencipta alam semesta beserta seluruh isinya.
(B) Pengatur segala sesuatu.
(C) Pemelihara segala sesuatu
(D) Pemilik segala sesuatu.
Sedangkan kata bendanya adalah Robbun dengan bentuk jamaknya Arbaabun yang berarti;Pemilik, Majikan, Tuan atau Tuhan .
Jadi yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah adalah meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk menciptakan ajaran; syari'at , aturan, hukum dan hukum untuk dijadikan pedoman dalam Manata dan mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18 / 13:37,41 / 10:37 / 6:57 / 33:36. Jika ada manusia yang menciptakan ajaran; syari'at, aturan, hukum dan hukum, tanpa ada legalitas (izin resmi)dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis oleh Alloh SWT sebagai thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Qs 4:60,76 / 6:112,123.
?? Wr & ã & s! ß, ù = s?? ø: $ # â?? ODF {$ # ur 3 ÇÎÍÈ
Ingatlah ...!!!   Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Ingat ....!!! Langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk menciptakan ajaran; syari'at, aturan / hukum dan hukum untuk Manata dan mengatur seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18 / 13:37,41 / 10:37 / 6:57 / 33:36. Jika ada manusia yang menciptakan ajaran; aturan dan hukum, tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis oleh Alloh SWT sebagai thogut (Pemberontak; perebut hak Alloh) Qs 4:60,76 / 6:112,123.
Ada Rububiyah (Pengaturan) Alloh:
(A) Sunatulloh (Ayat Alloh yang Tersirat atau kauniyah).
Yaitu pengaturan Alloh SWT secara langsung terhadap alam semesta ini, dimana dalam proses pelaksanaan pengaturannya sama sekali tidak ada intervensi upaya dan usaha makhluk, seperti Alloh SWT mengatur eksistensi Jagat raya; planet, matahari, bulan, bintang, bumi atau Alloh mengatur proses pencernaan, pernafasan, kinerja jantung, pendengaran dan penglihatan pada manusia dan hewan.
(B) Kitabulloh (Ayat Alloh yang Tersurat / Kauliyah).
Yaitu pengaturan Alloh SWT terhadap tatanan sosial hidup masyarakat atau sistem hidup manusia, dimana proses pelaksanaan pengaturannya sangat diperlukan intervensi dan usaha maksimal manusia beriman yang duduk dalam Struktur Lembaga Mulkiyah Islam (Kerajaan atau Pemerintahan Islam), seperti Rosululloh SAW mendirikan dan membangun Struktur Lembaga Mulkiyah Islam di Madinah dengan menjadikan Wahyu Alloh (Al-Qur'an) sebagai pedoman tertinggi dalam menata dan mengatur sistem kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.
Fitur keyakinan orang yang bertauhid Rububiyah (meng-esa-kan Alloh dalam hal Rububiyah-Nya) adalah ia meyakini, mengakui dan menerima bahwa:
(A) Tidak ada Pencipta segala sesuatu kecuali Alloh Qs 19:65 / 7:54 / 10:3 / 27:60,61 / 28:68 / 6:102 / 32:4 / 35:1-4 / 39:62 / 40:62-68 / 14:32.
Artinya meyakini, mengakui dan menerima bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Pencipta segala sesuatu, di luar Alloh SWT status posisi atau jabatannya bukan sebagai Pencipta tapi merupakan hasil ciptaan Sang Pencipta.
Tidak ada yang berhak menciptakan ajaran, syari'at, dan hukum kecuali Alloh Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18.
Tidak ada yang berhak menciptakan dan menetapkan hukum kecuali Alloh SWT Qs 7:54 / 4:14 / 6:57,114 / 10:37 / 13:41 / 33:36.
Kita sebagai muslim wajib meyakini, mengakui dan menerima bahwa hanya Alloh sajalah satu-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Pencipta; ajaran; Pencipta syari'at, Pencipta aturan, Pencipta undang-undang dan Pencipta hukum bagi seluruh makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi ini, di luar Alloh SWT jabatannya bukan sebagai pencipta; ajaran; syari'at, aturan, hukum dan hukum, tapi hanya sebagai penganut dan pengguna ajaran; syari'at, aturan, hukum dan hukum yang telah diciptakan oleh Alloh SWT.
Jika ada manusia yang menduduki jabatan sebagai Pencipta; ajaran; Pencipta syari'at, Pencipta aturan, Pencipta undang-undang dan Pencipta hukum untuk menata dan mengatur manusia yang lainnya, maka itulah yang divonis oleh Alloh SWT sebagai thogut (Pemebrontak atau perebut hak Alloh) seperti halnya Fir'aun di zaman Nabi Musa, Raja Namruz di zaman Nabi Ibrohim dan Abu Jahal di zaman Nabi Muhammad SAW.
(B) Tidak ada Agenda segala sesuatu kecuali Alloh Qs 10:3,35 / 13:2 / 32:5.
(C) Tidak ada Pemelihara (Manajer) segala sesuatu kecuali Alloh Qs 44:7 / 2:255 / 3:3 / 4:132 / 6:102 / 20:111 / 33:3 / 39:62.
(D) Tidak ada Pemilik segala sesuatu kecuali Alloh Qs 20:6 / 2:284 / 4:131-132 / 5:120 / 6:12-13 / 10:55 / 11:123 / 16:52 / 22:64 / 23:84-89 / 24:42 / 34:1.
(E) Tidak ada Majikan / Tuan / Tuhan segala sesuatu kecuali Alloh.
Jika ada orang yang meyakini bahwa di luar Alloh ada sesuatu yang memiliki kedudukan atau jabatan sebagai Robb (Pencipta, Pengatur, Pemelihara, Manajer Pemilik, Majikan, Tuan, Tuhan) atau meyakini bahwa di luar Alloh ada sesuatu yang berhak untuk menciptakan ajaran; syari ' at, aturan, hukum dan hukum, maka berarti ia sedang dalam keadaan men-dua-kan Alloh dalam hal Rububiyah-Nya atau yang dikenal dengan Musyrik Rububiyah.
Ciri khas sikap orang yang beriman terhadap keberadaan Rububiyah Alloh (beraqidah Rububiyah atau bertauhid Rububiyah) adalah ia akan menolak secara totalitas terhadap segala bentuk rububiyah thogut (ajaran; syari'at, aturan, hukum dan ketentuan hukum yang bersumber dari produk manusia) dan ia hanya menerima Rububiyah Alloh (ajaran; syari'at, aturan, hukum dan hukum yang bersumber dari Wahyu Alloh) saja yang diselenggarakan di bawah naungan Lembaga Mulkiyah Islam (Kerajaan atau Pemerintahan Islam).
2. Tauhid Mulkiyah.
Yaitu meng-Esa-kan Alloh dalam hal institusi kelembagaan-Nya; dalam hal kedaulatan-Nya, dalam hal pemerintah-Nya, dalam hal pemerintahan-Nya dan dalam hal kepemimpinan-Nya Qs 114:2.
Pengertian Mulkiyah.
Kata Mulkiyah berasal dari kata Al-Malik , yang berarti;
(A) Raja Qs 1:4 / 20:114 / 23:116 / 114:2.
Nama lain dari Raja adalah;
Penguasa (Pemilik dan Pengendali Kekuasaan).
Pemimpin (Pucuk Pimpinan / Pimpinan Tertinggi).
Pemerintah (Tukang Nitah / Tukang nyuruh; Kepala Pemerintahan).
(B) Lembaga Pemerintah Qs 2:251 / 5:120 / 6:73 / 22:56 / 25:2 / 57:5 / 67:1.
Nama lain dari Lembaga Pemerintah (Mulkiyah) adalah;
Lembaga Daulah (Lembaga Kekuasaan / Lembaga Negara) Qs 6:73 / 22:56 / 23:88 / 25:2-3.
Lembaga Kepemimpinan (Lembaga Khilafah) Qs 38:26.
Lembaga Pemerintahan (Lembaga Daulah atau Negara) Qs 2:247,251,258.
?? Wr & ã & s! ß, ù = s?? ø: $ # â?? ODF {$ # ur 3 ÇÎÍÈ
Ingatlah ...!!!   Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Jadi yang dimaksud dengan Tauhid Mulkiyah adalah meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah atau Lembaga Pemerintahan) di Jagat Raya ini dan yang berhak untuk memimpin dan memerintah seluruh makhluk yang ada di dalamnya adalah hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 67:1 / 25:2 / 5:120 / 20:114 / 23 : 116 / 6:18,61,73 / 10:65.
Langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah / Lembaga Pemerintahan) dan yang berhak untuk memimpin dan memerintah (menyuruh) atas setiap makhluk yang ada di langit maupun di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 67:1 / 25:2 / 5:120 / 20:114 / 23:116 / 6:18,61,73 / 10 : 65.
Sedangkan orang yang diberi otoritas (wewenang resmi) oleh Alloh SWT untuk mendirikan Lembaga Pemerintah / Lembaga Pemerintahan dan yang diberi legalitas untuk memimpin dan memerintah di planet bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7: 158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Yang kemudian dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq ra, Umar bin Khotob ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Tholib ra, dan seterusnya sampai sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Jika ada manusia yang mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah / Lembaga Pemerintahan) kemudian ia memimpin dan memerintah di muka bumi ini tanpa ada otoritas (wewenang resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis sebagai thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Qs 4:60,76. Mereka inilah yang dimaksud oleh Alloh SWT sebagai pembuat makar (pembuat kejahatan / pemberontak) yang sebenarnya terhadap hak dan kedaulatan Alloh SWT Qs 6:112,123 / 6:61 / 10:65.
Fitur keyakinan orang yang bertauhid Mulkiyah (meng-Esa-kan Alloh dalam hal Mulkiyah-Nya) adalah ia meyakini, mengakui dan menerima bahwa:
(A) Tidak ada yang berhak menduduki jabatan sebagai Raja kecuali hanya Alloh Qs 67:1 / 20:114 / 23:116.
(B) Tidak ada yang berhak menduduki jabatan sebagai Pimpinan kecuali hanya Alloh Qs 7:3 / 20:114 / 23:116 / 67:1.
(C) Tidak ada yang berhak menduduki jabatan sebagai Penguasa kecuali hanya Alloh Qs 19:65 / 6:18,61,62,73 / 10:65 / 36:83.
(D) Tidak ada yang berhaq menduduki jabatan sebagai Pemerintah (pemberi tugas dan amanat) kecuali hanya Alloh Qs 7:54 / 10:65 / 20:114 / 23:116 / 67:1.
(E) Tidak ada yang berhak mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah atauLembaga Pemerintahan ) baik di langit maupun di planet bumi ini kecuali Alloh Qs 10:65 / 2:107 / 9:116 / 5:120 / 25:2 / 67: 1.
Ada Mulkiyah Alloh (Kerajaan atau Pemerintahan Alloh) di muka bumi:
(A) Lembaga Risalah.
Yaitu lembaga pemerintah Islam atau pemerintahan Islam yang dipimpin langsung oleh para Rosul, dimana proses pemilihan dan pengangkatannya dilakukan secara langsung oleh Raja Tertinggi yakni oleh Alloh SWT, melalui mekanisme Mitsaqon Gholidho.
(B) Lembaga Khilafah.
Yaitu lembaga pemerintah Islam atau pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang kholifah, dimana proses pemilihan dan pengangkatannya dilakukan melalui mekanisme Majelis Syuro di tingkat dunia (Khilafah fil Ardl).
(C) Lembaga Daulah.
Yaitu lembaga pemerintah Islam atau pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang Imam, dimana proses pemilihan dan pengangkatannya dilakukan melalui mekanisme Majelis Syuro di wilayah negara bersangkutan.
Kita sebagai muslim wajib meyakini bahwa hanya Alloh saja-lah satu-satunya Dzat yang berhak mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah atau Lembaga Pemerintahan) baik di langit maupun di planet bumi ini. Dan hanya Alloh sajalah sat-satunya Dzat yang berhak menduduki jabatan sebagai Al-Malik (Raja, Pimpinan, Penguasa dan Pemerintah) di seluruh pelosok Jagat Raya ini. Di luar Alloh status jabatannya harus ada di bawah ke-raja-an, ke-pemimpin-an, ke-kuasa-an dan ke-pemerintah-an Alloh, yakni sebagai utusan-Nya, aparatur-Nya atau sebagai umat-Nya atau rakyat -Nya yang harus tunduk, patuh dan setia sepenuhnya kepada Alloh selaku Raja, Pimpinan, Penguasa dan Pemerintah (Al-Malik) yang sebenarnya ..
Jika ada orang yang meyakini bahwa di luar Alloh ada yang berhak mendirikan Lembaga Mulkiyah (Lembaga Pemerintah atau Lembaga Pemerintahan) atau meyakini bahwa di luar Alloh ada yang berhak untuk menduduki jabatan sebagai Al-Malik (Raja, Pimpinan, Penguasa dan Pemerintah), maka ia dalam keadaan men-dua-kan dalam hal Mulkiyah-Nya atau yang dikenal dengan Musyrik Mulkiyah.
Ciri khas sikap orang yang beraqidah Mulkiyah atau bertauhid Mulkiyah adalah Ia akan menolak secara totalitas terhadap segala bentuk ajaran, ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, pernikahan atau berkeluarga, moral, keta'atan dan tata cara ibadah yang diselenggarakan di bawah naungan Lembaga Mulkiyah thogut (yakni; Lembaga Pemerintah atau Lembaga Pemerintahan yang menolak untuk tunduk, patuh dan taat secara totalitas terhadap ke-Mulkiyahan Alloh), selanjutnya ia hanya rela dan ridho untuk dibimbing ibadah kepada Alloh SWT secara totalitas dalam Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Mulkiyah Islam (Lembaga Kerajaan islam atau Lembaga Pemerintahan Islam).
Ingat ..!!! harap diperhatikan ..!! Bahwa hidup yang benar adalah hidup yang hanya dijadikan untuk ibadah secara totalitas kepada Alloh saja Qs 51:56, sedangkan ibadah yang benar hanyalah ibadah yang dilaksanakan dalam Agama Islam, sedangkan standar Agama Islam yang benar dari zaman Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi Muhammad SAW bahkan sampai akhir zaman hanyalah Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Mulkiyah yang haq, yakni dalam Lembaga Mulkiyah Islam (Lembaga Kerajaan Islam atau Lembaga Pemerintahan Islam). Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
¨ BI)?? ÚïÏe $! $ # Y?? YÏã «! $ # Tho» n = ó?? M} $ # 3 $ tBur y # n = TF ÷ z $ #?? UII% ©! $ # ( # QE? Ré & | = »tGÅ3ø9 $ #?? WI).` ib Ï?? ÷ et / $ tB ãNèduä!% y `Thou = Ïèø9 $ # $ J?? OOT / óOßgoY ÷?? t / 3` tBur ö?? àÿõ3t?? Im »t?? $ T« Î / «! $ # CI * sù ©! $ # SSI?? Î?? | É> $ | ¡Ito: $ # ÇÊÒÈ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab [189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya Qs 3:19.
`TBur Æ ÷ TGO; t?? u?? ö?? Xi An »n = ó?? M} $ # $ YY?? Ï?? `N = sù?? @ T6ø) ã?? cm ÷ YÏB uqèdur?? IU IOT?? ÅzFy $ # z `ib z`?? Ì?? Å ¡»y?? O9 $ # cnie
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi Qs 3:85.
ó oi% r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe $ # i9 $ ZY?? ÏZym 4 | Nt?? ôÜÏù «! $ # OEL © 9 $ # t?? Susu} ¨ $ ¨ Z9 $ # $ PKO?? n = Tae 4 ?? w?? @?? Ï?? ö7s? È, ù = yÜÏ9 «! $ # 4???? I9 º s?? ÚúïÏe $! $ # ÞOÍh?? S) O9 $ # ÆÅ3 »s9ur u?? SYò2r & Ä ¨ $ ¨ Z9 $ #?? W tbqßJn = oet?? Ciee * tûüÎ6?? ÏYãB IMO?? S9Î) çnqà) ¨? $ # Ur (# qßJ?? Ï% r & ur no4qn = ¢ A9 $ #?? Wur (# qçRqä3s??? ÆÏB tûüÅ2Î?? Ô ³ ßJø9 $ # ciee z `ib?? UII% ©! $ # (# QE% §?? sù öNßguZ?? Ï?? (# qçR%?? 2ur $ Yeu?? Ï © (?? @ ä. ¥> ÷?? im $ yJÎ / öNÍkö?? y?? s9 tbqãmÌ?? sù ciee
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada peubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yakni orang-orang yang memecah-belah agama mereka [1169] dan mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka Qs 30:30-32.
[1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah memiliki naluri beragama yaitu agama tauhid (yakni; Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Mulkiyah Islam). Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, yakni tidak memeluk Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Mulkiyah Islam, maka hal itu tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan Mulkiyah thogut.
[1169] Maksudnya: meninggalkan agama tauhid (agama Islam) yang ada dibawah naungan Lembaga Mulkiyah Islam dan menganut berbagai agama yang ada dibawah naungan Lembaga Mulkiyah thogut ..
Maksud ayat tersebut ditujukan kepada Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Mukiyah Alloh (Lembaga Pemerintah / Pemerintahan Islam) bukan ditujukan kepada Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Mulkiyah thogut (Kerajaan atau Pemerintahan thogut).

3. Tauhid fii Uluhiyah.
Yaitu meng-Esa-kan Alloh dalam hal ibadah; pengabdian dan ketaatan kepada-Nya Qs 114:3.
Pengertian Uluhiyah.
Kata Uluhiyah berasal dari kata; aliha - ya'lahu - Ilaahan , yang berarti; yang dicintai (yang dipuja dan diagungkan), yang ditaati, yang dijadikan tempat pengabdian (tempat ibadah) dan yang dijadikan tujuan hidup.
Jagi yang dimaksud dengan Tauhid Uluhiyah adalah meyakini, mengakui dan menetapkan dalam hati bahwa langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk ditaati aturan dan kebijakan hukum- hukumnya oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini adalah hanyalah hak Alloh saja Qs 16:52 / 39:11 / 40:14,65 / 3:18 / 6:3 / 17:44 / 22:18 / 24: 41 / 7:59,206 / 16:2,49 / 40:62-66 / 18:110 / 20:14 / 21:25 / 98:5.
Jika ada makhluk atau manusia atau siapa saja yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, maka itulah yang dimaksud dengan thogut (pemberontak / perebut hak Alloh). Sedangkan orang yang diberi legalitas (izin resmi) oleh Alloh SWT untuk supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya hanya-lah Rosululloh SAW dan Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq ra, Umar bin Khotob ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Tholib ra, dan seterusnya sampai sekarang ini, selain itu tidak ada lagi yang diberi legalitas (Izin resmi) oleh Alloh SWT .....!!! Qs 3:32,132 / 4:59,69,80 / 8:20,24,46 / 6:36.
Karena langit dan bumi beserta seluruh yang terkandung di dalamnya ini adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 7:54 / 10:3,55 / 6:102 / 20:6, maka yang hak ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 3:18 / 6:3 / 17:44 / 22:18 / 24:41 / 7:59,206 / 16:2,49 / 40:62 -66 / 18:110 / 20:14 / 21:25 / 98:5 / 3:31,32,132 / 4:59,80 / 33:36.
Jika ada makhluk atau manusia atau siapa saja yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, maka itulah yang disebut dengan thogut (perebut Hak Alloh). Sedangkan makhluk atau orang yang diberi legalitas (izin resmi) oleh Alloh SWT untuk supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya hanyalah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) dan Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq ra, Umar bin Khotob ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Tholib ra, dan seterusnya sampai sekarang ini Qs 3:32,132 / 4:59,69,80 / 8:20,24, 46 / 6:36.
Karakteristik orang yang bertauhid (mengesakan Alloh) dalam hal Uluhiyah-Nya adalah ia meyakini dalam hatinya bahwa:
(A) Tidak ada yang disembah (dibadahi) kecuali Alloh
(B) Tidak ada yang dicintai (dipuja / diagungkan) kecuali Alloh.
(C) Tidak ada yang ditaati kecuali Alloh
(D) Tidak ada yang dijadikan tempat pengabdian / tempat berbakti kecuali Alloh
(E) Tidak ada yang dibela kecuali Alloh.
(F) Tidak ada yang dijadikan tujuan hidup kecuali Alloh.
Artinya kita sebagai muslim wajib meyakini bahwa hanya Alloh saja-lah satu-satunya Al-Malik (Raja, Pimpinan, Penguasa dan Pemerintah) yang hak disembah, dicintai, ditaati, dijadikan tempat pengabdian, dijadikan tempat berbakti dan yang hak dijadikan tujuan hidup oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini.
Jika ada manusia beribadah; menyerahkan kecintaan, ketaatan, kesetiaan, loyalitas, pengabdian, bakti suci dan menemukan tujuan hidup selain kepada Alloh, maka ia dalam keadaan men-dua-kan Uluhiyah-Nya atau Musyrik Uluhiyah.
Bahaya Musyrik:
Konsekuensi dan bahaya bagi orang yang musyrik (men-dua-kan Alloh / mempersekutukan Alloh), baik dalam hal Dzat-Nya, Sifat-Nya, Asma'-Nya, Af'al-Nya, Rububiyah-Nya, Mulkiyah-Nya maupun dalam hal Uluhiyah-Nya:
Membatalkan fitrah keimanan dan ke-Islaman seseorang.
Divonis oleh Alloh sebagai makhluk yang sesat Qs 4:116.
Adalah perbuatan dzolim yang sangat besar kepada Alloh Qs 31:13.
Merupakan perbuatan dosa yang terbesar Dari segala bentuk dosa Qs 4:48.
Ketika ia mati dalam keadaan kafir, maka seluruh dosa-dosanya tidak akan diampuni Qs 4:48,116 / 22:31.
Hapus seluruh nilai amal ibadahnya Qs 39:65 / 6:88.
Haram masuk surga Qs 5:72.
Kekal di dalam neraka Jahanam Qs 98:6.
Ciri khas orang yang dalam keadaan musyrik adalah ia sangat benci jika ajaran dan syari'at Alloh ditegakkan dalam sistem hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
¨byÉftGs9 £x©r& Ä¨$¨Y9$# Zourºy tûïÏ%©#Ïj9 (#qãYtB#uä yŠqßguø9$# šúïÏ%©!$#ur (#qä.uŽõ°r&
Sesungguhnya kamu akan menemukan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman (beraqidah-tauhid) adalah orang Yahudi dan orang musyrik (orang yang bersekutu dengan thogut) Qs 5:82.
Yang dimaksud orang yang dalam keadaan musyrik di zaman para Nabi adalah seluruh manusia yang memeluk agama-agama yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah thogut) dengan menolak untuk bermigrasi ke dalam Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Islam (Mulkiyah Islam), mereka bersekutu dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah thogut) kemudian menentang keras terhadap keberadaan sistem syari'at (perundang-undangan dan hukum) Alloh yang diselenggarakan di bawah naungan Lembaga Dinul Islam (Mulkiyah Islam), padahal mereka mengaku beragama Islam dan mengaku beriman kepada Alloh SWT.
Bentuk-Bentuk Kemusyrikan:
1. Musyrik fii Dzat Alloh
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh ada sesuatu yang memiliki titik sama, semisal, serupa atau setara dengan keberadaan Dzatiyah Alloh SWT.
2. Musyrik fii Sifat Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang memiliki titik sama, semisal, serupa atau setara dengan keberadaan Sifat kesempurnaan yang dimiliki oleh Dzat Alloh SWT.
3. Musyrik fii Asma 'Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang semisal atau setara dengan keberadaan Asma 'Alloh SWT dengan seluruh kesempurnaan-Nya.
4. Musyrik fil Af'al Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang semisal, serupa atau setara dengan Af'al (Pekerjaan) Alloh SWT.
5. Musyrik fii Rububiyah Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang semisal, serupa atau setara dengan ke-Rububiyahan Alloh SWT.
Bentuk-Bentuk Musyrik Rububiyah:
1. Meyakini bahwaada Pencipta sesuatu selain Alloh.
Meyakini bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menciptakan ajaran.
Meyakini bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menciptakan pedoman hidup.
Meyakini bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menciptakan syari'at (aturan / hukum).
Meyakini bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menciptakan dan menetapkan hukum.
2. Meyakini bahwa ada Pemelihara sesuatu selain Alloh.
3. Meyakini bahwa ada Pengatur sesuatu selain Alloh. 
4. Meyakini bahwa ada Pemilik sesuatu selain Alloh. 
5. Meyakini bahwa ada Majikan, Tuan atau Tuhan selain Alloh.

6. Musyrik fii Mulkiyah Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang semisal, serupa atau setara dengan ke-Mulkiyahan Alloh SWT.
Bentuk-Bentuk Musyrik Mulkiyah:
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menduduki jabatan sebagai Raja.
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menduduki jabatan sebagai Pimpinan.
Meyakini bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menduduki jabatan sebagaiPenguasa.
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhaq untuk menduduki jabatan sebagai Pemerintah.
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh SWT ada yang berhak untuk mendirikan Lembaga Mulkiyah ( Lembaga Pemerintah atau Lembaga Pemerintahan )baik di langit maupun di planet bumi ini.
7. Musyrik fii Uluhiyah Alloh.
Yaitu: meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Aloh ada sesuatu yang semisal, serupa atau setara dengan ke-Uluhiyahan Alloh SWT.
Bentuk-Bentuk Musyrik Uluhiyah:
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh ada yang haq untuk disembah(dibadahi).
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh ada yang haq untuk dicintai (dipuja dan diagungkan) .
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh ada yang haq untuk ditaatiaturan dan perintahnya.
Meyakini, mengakui atau menerima bahwa diluar Alloh ada yang haq untuk dijadikan tempat pengabdian / tempat berbakti

cukup sampe disini dulu ya sobat, jangan lupa sumbangan kliknya semoga bermanfaat.